REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai, Syaikhona Muhammad Kholil layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Alasannya, karena tokoh ulama asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu memiliki peran dalam penguatan nasionalisme di tahun 1800-an.
"Saya mendukung pengusulan pahlawan nasional untuk almarhum (Syaikhona Muhammad Kholil). Saya mewakili warga Jabar mendukung lahir batin. Karena orang yang berjasa yang mulia harus mendapat penghormatan sesuai makomnya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai melakukan ziarah ke makam Syaikhona Muhammad Kholil di sela kunjungan kerjanya di Jawa Timur, Kamis (20/1).
Emil mengatakan, kontribusi almarhum dalam pemberdayaan masyarakat tak hanya di sektor agama. Namun, aktif pula dalam gerakan pendidikan, sosial hingga politik.
Dampaknya, kata dia, sangat besar karena melahirkan gerakan kultural dan pejuang melawan kolonialisme. "Santri-santri binaan Syaikhona Kholil hampir seluruhnya menjadi pejuang," katanya.
Di sisi lain, Emil menyebut, wisata religi di Indonesia, termasuk di Jabar termasuk ziarah terus digarap secara serius. "Sehingga yang berziarah nyaman," katanya.
Sosok Syikhona Muhammad Kholil memiliki murid dari berbagai daerah di Indonesia. Tak sedikit di antaranya mendapat gelar pahlawan nasional.
Contohnya, Hasyim Asyari (kakek Presiden keempat Indonesia, Abdurahman Wahid), Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syamsuri. Ketiganya sosok penting dalam mendirikan Nahdlatul Ulama. Dua nama pertama itu pula telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional.
Bahkan, dalam buku 'KH M Kholil Bangkalan Biografi Singkat 1835-1925' halaman 51-53 tercatat Presiden RI pertama Ir Soekarno merupakan murid tidak resminya. Dituliskan, Kiai Kholil memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunnya saat sowan ke Bangkalan.
Fakta lainnya, Syaikhona Muhammad Kholil masih mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati dari sang ayah, yaitu Abdul Lathif.
Usulan gelar pahlawan nasional untuk Syaikhona Muhammad Kholil sudah bergulir selama beberapa tahun lalu.