Kamis 20 Jan 2022 16:24 WIB

Pembangunan Ibu Kota Baru, Rachmat Gobel Soroti Tiga Hal Ini

Pembangunan ibu kota baru diharapkan memberi dampak positif bagi Indonesia Timur.

Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel.
Foto: Dok
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mendukung penuh pembangunan ibu kota negara (IKN) baru. Ia mengingatkan tiga hal agar pemindahan ibu kota berdampak positif bagi pemerataan ekonomi dan kehidupan sosial.

"Ada tiga hal penting dari pembangunan IKN ini, khususnya untuk kemajuan dan pemerataan ekonomi serta perbaikan kehidupan sosial dan lingkungan hidup," kata Wakil Ketua DPR Koordinasi Bidang Industri dan Pembangunan itu dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Tiga hal penting itu, kata Gobel, pertama, pembangunan IKN akan berpotensi memiliki dampak positif bagi kawasan Indonesia timur. Kawasan ini, kata dia, selama ini paling tertinggal di segala lini, seperti pendidikan, infrastruktur, kualitas sumberdaya manusia, dan juga dalam bidang ekonomi.

Selain itu, lima wilayah termiskin ada di Indonesia timur yaitu secara berurutan adalah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Gorontalo. "Dengan perpindahan ibu kota diharapkan bisa memperbaiki keadaan secara lebih cepat," ujar Gobel.

Faktor jarak, katanya, akan berpotensi memperbaiki mobilisasi penduduk, perhatian, kepedulian, dan distribusi barang serta jasa. "Nanti kita lihat saat pembangunan, apakah tenaga kerja dan dukungan material akan berpengaruh atau tidak," ucapnya.

Gobel berharap perpindahan ibu kota akan memperbaiki ketimpangan ekonomi dan wilayah yang selama ini lebih dinikmati di daerah barat."Dengan perpindahan ibu kota baru ini diharapkan terjadi redistribusi yang selama ini begitu sulit dilakukan. Kita optimis ke depan akan terjadi akselerasi pembangunan dan kemajuan di Indonesia timur," kata wakil rakyat dari Gorontalo tersebut.

Kedua, lanjut dia, beban sosial dan lingkungan hidup di DKI Jakarta dan Pulau Jawa secara umum sudah terlalu berat. Masalah kriminalitas, pencemaran lingkungan, dan kerusakan alam sudah demikian berat di Jakarta dan Jawa secara umum. Dengan memindahkan magnet, maka distribusi penduduk diharapkan bisa lebih merata.

"Hal ini akan mengurangi beban sosial dan beban lingkungan di Jakarta dan Jawa pada umumnya. Kita harus membantu dan menyelamatkan Jawa," kata Gobel.

Ketiga, kata dia, pembangunan IKN akan membutuhkan biaya yang sangat besar, bisa ratusan triliun rupiah. "Ini momentum untuk menggerakkan ekonomi dalam negeri dan menggairahkan investasi serta industri dalam negeri," katanya.

Sebagai contoh ia akan melihat apakah besi, semen, instalasi listrik, peralatan elektronika, cat, batu, dan sebagainya akan menggunakan produk dalam negeri atau tidak. Ia juga akan memantau apakah ketentuan tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN) akan diterapkan atau tidak."Jangan sampai APBN kita justru akan dinikmati orang asing karena kita tak konsekuen dan tak memiliki nasionalisme yang mencukupi," katanya.

Namun ia mengakui, persoalan pemihakan terhadap produk dan industri dalam negeri, kata Gobel, hanya manis di mulut."Praktiknya justru sering jauh panggang dari api. Inilah salah satu faktor penyebab deindustrialisasi. Ini juga yang membuat investor malas datang ke Indonesia. Mending jika barangnya lebih bagus. Besi produksi Krakatau Steel itu bagus, tapi berapa banyak yang diserap dibandingkan besi impor? Ini yang bikin sedih dan ironis. Banyak contoh lainnya. Nasionalisme kita cuma untuk jualan politik, tapi praktiknya rapor merah," katanya.

Gobel berharap pembangunan IKN menjadi pembuktian praktik nasionalisme Indonesia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement