REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menerangkan bahwa manusia yang ditimpa bahaya atau musibah akan cenderung berdoa kepada Allah SWT. Tapi ketika musibah tersebut hilang dan diganti oleh nikmat, manusia cenderung lupa, seakan-akan tidak pernah memohon dan berdoa agar musibah itu hilang. Sikap buruk manusia ini dijelaskan dalam Surah Yunus Ayat 12 dan tafsirnya.
وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖٓ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَاۤىِٕمًا ۚفَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ اِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهٗۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan. (QS Yunus: 12)
Tafsir Kementerian Agama menerangkan, ayat ini masih menjelaskan tentang sifat-sifat buruk manusia, yaitu tidak bersyukur ketika mendapat anugerah atau nikmat. Apabila manusia ditimpa bahaya akibat ulah mereka sendiri, mereka berdoa kepada Kami dengan memuji dan mengakui keagungan Allah dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, yakni terus berdoa tiada henti dalam segala situasi.
Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali ke jalan yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan berupa kedurhakaan.
Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan karakter manusia yang lain, yaitu apabila mereka ditimpa kemudaratan, musibah atau kesulitan, mereka ingat kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, baik dalam keadaan berbaring duduk ataupun berdiri, agar dihindarkan dan dihilangkan dari semua kemudaratan itu.
Sebaliknya jika bahaya kesengsaraan dan kesulitan itu telah lenyap dan mereka telah menikmati rahmat, nikmat dan kurnia Allah, maka berangsur-angsur lupa kepada pemberi rahmat dan karunia itu, bahkan mereka mulai kafir kepada Allah.
Ayat ini menunjukkan kelemahan-kelemahan manusia di kala ia menerima cobaan dari Allah, dan menunjukkan pula ketergantungan manusia kepada rahmat dan karunia Tuhan Pencipta dan Yang Mengatur kehidupannya. Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman ingat dan jangan lupa kepada Pencipta dan Pengawasnya, baik dalam keadaan kesulitan dan bahaya, maupun dalam keadaan lapang dan senang.
Semua itu merupakan cobaan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya untuk menguji kekuatan iman mereka. Orang yang berhasil mengatasi segala cobaan yang dialaminya baik berupa kesulitan maupun kesenangan, mereka itulah yang berhak memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat.
Orang yang melampaui batas dan orang yang sesat seperti orang musyrik Makah adalah orang-orang yang telah dipalingkan hatinya oleh setan. Setan telah menjadikan mereka memandang baik perbuatan buruk yang telah mereka kerjakan, sehingga apabila bahaya telah lenyap mereka akan kembali sesat dan mendurhakai Tuhan.