Kamis 20 Jan 2022 17:17 WIB

Wamenlu Rusia: Kami tidak akan Invasi Ukraina

Situasi keamanan di Eropa menjadi kritis dinilai karena kesalahan AS dan NATO.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Marinir Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Jumat, 7 Januari 2022. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, negaranya tidak memiliki niatan untuk menginvasi Ukraina.
Foto: AP/Andriy Dubchak
Marinir Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia, wilayah Donetsk, Ukraina, Jumat, 7 Januari 2022. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, negaranya tidak memiliki niatan untuk menginvasi Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, negaranya tidak memiliki niatan untuk menginvasi Ukraina. Moskow tak akan melakukan aksi semacam itu walaupun pembicaraan tentang jaminan keamanan dengan Amerika Serikat (AS) dan NATO gagal.

“Saya percaya tidak ada risiko perang skala besar mulai terjadi di Eropa atau di tempat lain. Kami tidak ingin dan tidak akan mengambil tindakan apa pun yang bersifat agresif. Kami tidak akan menyerang, menginvasi, atau apa pun terhadap Ukraina,” kata Ryabkov saat berbicara pada pertemuan Valdai Discussion Club di Moskow, Rabu (19/1/2022), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Menurutnya, situasi keamanan di Eropa menjadi kritis karena kesalahan AS dan NATO. Mereka, ujar Ryabkov, menggunakan Ukraina sebagai pengungkit tekanan terhadap Rusia. Dia mengungkapkan, Rusia telah menawarkan Barat jalan keluar yang realistis dari ketegangan saat ini.

"Kami lebih suka menemukan saling pengertian dan mencapai kesepakatan pertama-tama dengan Amerika. Melibatkan terlalu banyak negara dalam proses ini tampaknya kontraproduktif bagi kami," kata Ryabkov.

Dia menjelaskan, prioritas utama Rusia dalam pembicaraan dengan AS dan NATO adalah mencapai jaminan yang mengikat secara hukum bahwa Georgia serta Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO. “Formula terkenal dari KTT Bukares tahun 2008, bahwa Ukraina dan Georgia akan menjadi anggota NATO, ini harus dikecualikan, ini harus diganti dengan pemahaman bahwa ini tidak akan pernah terjadi,” ucapnya.

Rusia juga siap mempertimbangkan opsi lain, yakni jika AS membuat komitmen sepihak yang mengikat secara hukum bahwa ia tidak akan pernah memilih Ukraina dan negara lain untuk bergabung dengan NATO. Menurut Ryabkov, itu bakal menjadi jalan yang lebih mudah bagi AS jika memiliki kemauan politik.

Ryabkov pun menuntut Barat untuk berhenti memasok senjata dan bantuan militer ke Ukraina, termasuk mengirim instruktur militer atau menggelar kegiatan pelatihan. Sebab hal itu menimbulkan ancaman langsung terhadap Rusia.

“Seperti yang telah dikatakan ratusan kali selama beberapa minggu terakhir, kami melihat ancaman bahwa Ukraina akan menjadi lebih terintegrasi ke dalam NATO bahkan tanpa memperoleh status anggota resmi NATO. Inilah yang menjadi pusat kepentingan keamanan Rusia,” ujar Ryabkov.

Kemudian mengenai keberadaan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, Ryabkov menyebut mereka hanya melakukan latihan rutin. Mereka tidak akan mengambil tindakan apa pun yang dapat menimbulkan ancaman bagi Ukraina.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement