REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China menurunkan suku bunga pinjaman pada Kamis (20/1/2022) untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat. Data awal pekan menunjukkan prospek yang lesu untuk sektor properti.
People's Bank of China (PBoC) memangkas suku bunga Loan Prime Rate atau LPR tenor satu tahun menjadi 3,7 persen dari 3,8 persen dan LPR tenor lima tahun menjadi 4,6 persen dari 4,65 persen. Ini pemotongan LPR lima tahun pertama sejak April 2020.
Suku bunga pinjaman utama China adalah suku bunga yang diberikan bank komersial kepada nasabah. Ini berfungsi sebagai suku bunga acuan untuk pinjaman lainnya.
Jatuh tempo satu tahun mempengaruhi pinjaman baru dan pinjaman yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu yang lebih singkat. Sedangkan, jangka lima tahun biasanya menjadi acuan untuk hipotek.
Keputusan bank sentral untuk menurunkan kedua suku bunga adalah serangkaian langkah terbaru China untuk melonggarkan kebijakan moneter. Otoritas tengah berkutat dengan kemerosotan pasar real estat dan melambatnya perekonomian.
Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 8,1 persen pada 2021, menurut angka yang diterbitkan pemerintah pada awal pekan ini. Meskipun tumbuh pesat, pertumbuhan kuartal IV diprediksi lebih lambat.
Saham-saham China ditutup melemah pada perdagangan Kamis, setelah sempat menguat di tengah sesi. Ini didorong pemotongan serangkaian suku bunga utama untuk menopang ekonomi yang melambat, dengan investor menyematkan harapan pada pelonggaran kebijakan lebih lanjut.
Indikator utama Bursa Efek Shanghai, Indeks Komposit Shanghai turun tipis turun 0,09 persen menjadi menetap di 3.555,06 poin, sedangkan Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham di bursa kedua China ditutup 0,06 persen lebih rendah pada 14.198,3 poin.
Nilai transaksi gabungan saham yang dicakup oleh kedua indeks tersebut mencapai sekitar 1,13 triliun yuan (sekitar 177,99 miliar dolar AS), melebihi ambang batas 1 triliun yuan selama 15 hari perdagangan berturut-turut. Perusahaan perbankan dan sekuritas termasuk di antara pencetak keuntungan terbesar, sedangkan saham-saham yang terkait dengan cloud game, lithium berbasis danau garam, dan pendidikan memimpin kerugian.
Indeks ChiNext yang melacak saham perusahaan-perusahaan sedang berkembang atau perusahaan rintisan (start-up) di papan perdagangan bergaya Nasdaq China, merosot 0,32 persen menjadi ditutup pada 3.065,99 poin.