Jumat 21 Jan 2022 10:04 WIB

IHSG Dibuka Melorot, Tertekan Kenaikan Suku Bunga

Investor khawatir kenaikan suku bunga tingkatkan bunga pinjaman

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Prospek kenaikan suku bunga dan lonjakan laju inflasi masih menekan pergerakan pasar saham. Pada pembukaan perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (21/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah ke posisi 6.626,34.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Prospek kenaikan suku bunga dan lonjakan laju inflasi masih menekan pergerakan pasar saham. Pada pembukaan perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (21/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah ke posisi 6.626,34.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prospek kenaikan suku bunga dan lonjakan laju inflasi masih menekan pergerakan pasar saham. Pada pembukaan perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (21/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah ke posisi 6.626,34 dibandingkan penutupan kemarin.

Sejalan dengan IHSG, mayoritas indeks saham di Asia lainnya juga dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama Wall Street semalam. Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan investor saat ini lebih memilih menghindari aset berisiko seperti saham. 

Baca Juga

"Investor merasa cemas karena kenaikan suku bunga akan membuat biaya pinjaman lebih mahal dan dapat menghambat prospek pertumbuhan eknomi global serta mempengaruhi proyeksi laba korporasi," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Jumat (21/1).

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data pasar tenaga kerja AS (Weekly Jobless Claims). Initial Jobless Claims sudah merangkak naik selama 3 minggu beruntun dan semakin mendekati level 300 ribu. 

Dari Asia, investor mencerna rilis data inflasi (CPI) Jepang yang tumbuh 0,8 persen yoy di bulan Desember, lebih cepat dari pertumbuhan 0,6 persen yoy pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi bulan Desember ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak Desember 2019.

Inflasi Inti (Core CPI) naik 0,5 persen yoy selama dua bulan beruntun dengan laju tercepat dalam hampir dua tahun terakhir. "Ini adalah sinyal dari tekanan inflasi yang sudah meluas akibat dari kenaikan harga BBM dan bahan mentah," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement