REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menerangkan bahwa manusia yang tidak kuat imannya cenderung mengobral janji dan mengingkarinya. Hal ini nampak ketika manusia dalam situasi kesulitan atau kesempitan, mereka memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah sambil berjanji akan menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi ketika Allah menyelamatkan mereka, mereka kembali berbuat zalim dan melanggar perintah Allah. Hal ini dijelaskan dalam Surah Yunus Ayat 23 dan tafsirnya.
فَلَمَّآ اَنْجٰىهُمْ اِذَا هُمْ يَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗيٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ مَّتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ ثُمَّ اِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia! Sesungguhnya kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri; itu hanya kenikmatan hidup duniawi, selanjutnya kepada Kamilah kembalimu, kelak akan Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Yunus: 23)
Tafsir Kementerian Agama menerangkan, maksud ayat ini yaitu, manusia pada umumnya memang suka berbasa basi, bahkan pada situasi kritis sering mengobral janji akan berbuat baik dan berakhlak terpuji. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka mengulangi berbuat kezaliman, yakni mempersekutukan Allah dan melaksanakan kedurhakaan lainnya di bumi tanpa alasan yang benar.
Kezaliman mereka sungguh melampaui batas, karena itu Allah mengingatkan: Wahai manusia! Sesungguhnya kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri, kenikmatan yang kamu rasakan itu hanya kenikmatan hidup duniawi yang bersifat sementara, selanjutnya kepada Kamilah kembalimu setelah kematian menjemputmu. Kelak di akhirat akan Kami kabarkan kepadamu hukuman atas segala apa yang telah kamu kerjakan selama hidup di dunia.
Biasanya, setelah Allah melepaskan mereka (manusia) dari malapetaka itu dan mereka merasa senang dan hilang segala kekhawatirannya, mereka lupa kepada Yang Maha Penyelamat dan Pemberi Karunia. Bahkan mereka durhaka kepada-Nya dan kembali berbuat kebinasaan di muka bumi dengan melakukan kezaliman dan kekacauan di antara manusia.
Demikianlah Allah melukiskan watak dan tabiat manusia. Mereka ingat dan merendahkan diri kepada Allah bila mendapat kesengsaraan. Akan tetapi, jika malapetaka itu telah lenyap, mereka lupa bahkan kembali mendurhakai Allah.
Watak dan tabiat yang dilukiskan di atas menunjukkan kelemahan manusia, karena itu hendaklah manusia insaf dan sadar atas kelemahan itu. Janganlah kelemahan itu membawa mereka kepada malapetaka yang lebih besar.
Sikap congkak dan perbuatan zalim yang dilakukan manusia itu, seandainya merupakan suatu kesenangan baginya, maka itu adalah kesenangan sementara, selama hidup di dunia. Sedang kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah kesenangan dan kebahagiaan yang ditimbulkan oleh kepatuhan kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam keadaan senang dan sengsara, suka dan duka, dalam keadaan rugi dan beruntung dan sebagainya. Kesenangan dan kebahagiaan yang demikian akan dirasakan selama hidup di dunia, lebih-lebih di akhirat nanti.