Jumat 21 Jan 2022 17:24 WIB

Pengamat: Ukraina Kesal Barat tidak Melakukan Langkah Konkret

Menlu AS akan bertemu dengan Menlu Rusia di Jenewa membahas ketegangan Ukraina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Foto yang diambil Kamis, 20 Januari 2022, seorang tentara membawa paket di garis pperbatasan di wilayah Donetsk, Ukraina. Menteri Luar Neheri AS Antony Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Jenewa.
Foto: AP Photo/Andriy Dubchak
Foto yang diambil Kamis, 20 Januari 2022, seorang tentara membawa paket di garis pperbatasan di wilayah Donetsk, Ukraina. Menteri Luar Neheri AS Antony Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Jenewa.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengamat Ukraina di lembaga think-tank asal London, Chatham House Orysia Lutsevych mengatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dalam mengklarifikasi pernyataan Presiden AS Joe Biden. Biden mengatakan Barat mungkin tidak bersatu bila Rusia hanya membuat serangan kecil pada Ukraina.

Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Jenewa. Pertemuan itu untuk membahas meningkatnya ketegangan mengenai Ukraina setelah pertemuan pekan lalu tidak memberikan hasil.

Baca Juga

"Bila ia memiliki mandat, mudah-mudahan Blinken dapat memperjelas beberapa ambiguitas ini," kata Lutsevych, Jumat (21/1/2022).

Ia mengatakan pihak Ukraina merasakan "kegusaran tertentu". Sebab Barat belum mengubah dukungan retoris mereka ke langkah nyata.

Pada Jumat (21/1/2022) Blinken bertemu dengan sekutu-sekutu Eropa di Berlin. Pertemuan tersebut untuk menegaskan komitmen mereka dalam menerapkan sanksi pada Rusia bila Moskow menginvasi Ukraina.

Harapan Washington untuk membangun persatuan melawan Moskow diperumit dengan pernyataan Biden dalam konferensi pers Rabu (19/1/2022) lalu. Ia memprediksi Rusia akan bergerak masuk ke Ukraina dan memperingatkan Moskow akan membayar mahal atas tindakan mereka.

Namun warga di Donetsk yang dikuasai separatis timur Ukraina mengatakan mereka yakin dengan dukungan dari Moskow. "Saya percaya pada Putin, ia pasti membantu kami, ia tidak akan meninggalkan kami, kami semua berharap begitu," kata seorang warga yang hanya menyebut namanya sebagai Tatyana.

"Saya tidak mengenai Biden ini dan saya tidak ingin mengenalnya, tapi saya percaya pada Rusia," katanya.

Seorang warga lainnya yang bernama Alexander mengatakan kecil kemungkinannya negosiasi menghasilkan kedamaian. "Untuk masa depan saudara-saudari, dan anak-anak kami, saya berharap negosiasi akan mencapai poin yang kami dan mereka butuhkan dan pada akhirnya kembali pada harmoni dan perdamaian," kata laki-laki berusia 28 tahun itu.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

(QS. An-Nisa' ayat 59)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement