Kuliner dan Belanja Masih Jadi Prioritas Tren Pariwisata di Solo
Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Pedagang melayani pembeli di warung hidangan istimewa kampung (HIK) atau yang biasa dikenal angkringan di kawasan Manahan, Solo, Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan warung angkringan khas Solo sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bersama 28 warisan budaya warga Kota Solo lainnya diantaranya acara tradisi, tari-tarian hingga kuliner. | Foto: Antara/Mohammad Ayudha
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tren pariwisata di Kota Solo masih didominasi oleh belanja (shoping) dan kuliner. Karena itu, Asosiasi Perjalanan Pariwisata Indonesia atau Asita Solo mendorong adanya wisata malam untuk meningkatkan jumlah dan waktu kunjungan para wisatawan ke Kota Solo, Jawa Tengah.
Ketua Asita Solo, Pri Siswanto, mengatakan, tren pariwisata di Solo sejauh ini lantaran masih ada pembenahan, maka tren yang sifatnya kuliner dan shopping menjadi prioritas. Selain itu, wisata budaya dan wisata kebugaran (wellness tourism) di Solo juga dikenalkan kepada wisatawan.
"Jadi kalau Solo kita dorong untuk wisata malamnya. Untuk menahan wisatawan lebih banyak. Bukan hanya kuliner dan belanja, mungkin ada atraksi lain yang bisa menahan wisatawan untuk stay di Solo," kata Pri kepada wartawan, Jumat (21/1).
Selama ini, rata-rata lama menginap tamu hotel di Solo berada di angka 1,4 hari. Sedangkan target dari Pemkot Solo bisa menaikkan di atas dua hari. Oleh sebab itu, Asita mendorong digencarkan wisata malam agar lama menginap (lenght of stay) menjadi lebih tinggi.
"Jadi harus diisi kegiatan malam. Tentunya atraksi yang bisa dilakukan wisatawan terkait seni atau apalah sehingga bisa lebih dari semalam stay-nya," imbuh Pri.
Di samping itu, Asita juga mendorong kolaborasi dengan wilayah di Solo Raya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan melalui paket destinasi. Misalnya, Karanganyar atau Klaten maupun Boyolali memiliki destinasi wisata alam, dikombinasikan dengan wisata di Solo.
"Kalau bicara paketan kita tak bicara Solo, Karanganyar, dan lain biasanya kita mix jadi satu karena saling menunjang. Misal Solo lebih ke budaya sementara Karanganyar lebih ke alam. Jadi mix menjadi satu produk. Untuk akomodasi kan dari Solo," ujarnya.
Di sisi lain, dia juga menyoroti rencana pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta yang diperkirakan dapat mempersingkat waktu perjalanan menjadi 20 menit. Pri berharap, dengan adanya jalan tol tersebut bisa menarik lebih banyak wisatawan ke Solo.
"Jangan sampai Solo kalah dari Yogya lagi. Tantangan kita adalah memperbaiki destinasi. Daya tarik di Solo jadi konsen ke depannya. Akses dekat dijangkau mudah. Kalau destinasi menarik bisa stay di Solo juga kabupaten sekitar," tegasnya.