REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China melanjutkan kebijakan pemangkasan pajak hingga akhir 2023 untuk membantu para pengusaha setempat mengatasi berbagai kesulitan dalam berusaha. Sebelumnya, bank sentral China juga memangkas suku bunga untuk mendorong perekonomian yang melambat.
"Dalam sidang eksekutif Dewan Pemerintahan telah diputuskan perpanjangan 11 kebijakan preferensi pajak dan bea hingga akhir 2023," demikian Perdana Menteri China Li Keqiang dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Beijing, Jumat (21/1/2022).
Sebanyak 11 sektor yang mendapatkan preferensi pajak dan bea, di antaranya teknologi, penyediaan lapangan kerja, usaha rintisan (start up), perawatan kesehatan, dan pendidikan. Para staf medis, pekerja pencegahan COVID-19, dan karyawan penyedia obat-obatan dan logistik COVID-19 juga dibebaskan dari kewajiban membayar pajak penghasilan pribadi. Biaya registrasi obat-obatan dan perlengkapan anti-COVID-19 juga bakal dibebaskan.
PM Li selaku ketua Dewan Pemerintahan China memimpin sidang eksekutif tersebut. "Perpanjangan kebijakan preferensi pajak dan bea ini untuk mendukung para pengusaha dalam menghadapi berbagai hambatan agar usahanya tetap berkesinambungan," katanya.
Dalam sidang tersebut juga dibahas mengenai ketersediaan energi selama musim libur Tahun Baru Imlek. Demikian pula dengan ketersediaan bahan makanan pokok selama Imlek juga diinstruksikan menjadi prioritas utama.
China menurunkan suku bunga pinjaman pada Kamis (20/1/2022) untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat. Data awal pekan menunjukkan prospek yang lesu untuk sektor properti.
People's Bank of China (PBoC) memangkas suku bunga Loan Prime Rate atau LPR tenor satu tahun menjadi 3,7 persen dari 3,8 persen dan LPR tenor lima tahun menjadi 4,6 persen dari 4,65 persen. Ini pemotongan LPR lima tahun pertama sejak April 2020.
Suku bunga pinjaman utama China adalah suku bunga yang diberikan bank komersial kepada nasabah. Ini berfungsi sebagai suku bunga acuan untuk pinjaman lainnya.
Keputusan bank sentral untuk menurunkan kedua suku bunga adalah serangkaian langkah terbaru China untuk melonggarkan kebijakan moneter. Otoritas tengah berkutat dengan kemerosotan pasar real estat dan melambatnya perekonomian.