REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengutuk serangan udara oleh koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman pada Jumat (21/1/2022). Dia meminta penyelidikan atas serangan yang menewaskan sedikitnya 60 orang di sebuah pusat penahanan di Saada yang dikuasai Houthi.
"Sekretaris Jenderal menyerukan penyelidikan yang cepat, efektif, dan transparan atas insiden-insiden ini untuk memastikan akuntabilitas," kata Juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Dujarric mengatakan serangan udara mematikan lebih lanjut telah dilaporkan di tempat lain di Yaman dengan anak-anak di antara mereka yang tewas. "Serangan udara terhadap fasilitas telekomunikasi di Hodeidah juga secara signifikan mengganggu layanan internet vital di sebagian besar negara," katanya dalam sebuah pernyataan.
Koalisi militer yang dipimpin Saudi telah memerangi kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman sejak 2015. Koalisi mengatakan laporan puluhan kematian akan diselidiki menggunakan proses independen yang disetujui secara internasional. Guterres pun sebelumnya telah menegaskan kondisi saat ini harus segera dihentikan.
Dujarric mengatakan Guterres mengingatkan semua pihak bahwa mereka berkewajiban untuk memastikan warga sipil dilindungi dari bahaya yang timbul dari operasi militer. Mereka perlu mengikuti prinsip-prinsip proporsionalitas, pembedaan, dan kehati-hatian.
Sedangkan Dewan Keamanan (DK) PBB mengutuk serangan Houthi di UEA dan situs lain di Arab Saudi setelah pertemuan tertutup yang diminta oleh UEA pada Jumat. UEA bergabung dengan 15 anggota DK bulan ini untuk masa jabatan dua tahun.
"Koalisi berjanji untuk mematuhi hukum internasional dan tanggapan yang proporsional dalam semua operasi militernya," ujar Duta Besar UEA untuk PBB Lana Nusseibeh ketika ditanya tentang serangan udara di Yaman.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan al Saud demi menegaskan kembali komitmen AS untuk membantu sekutu Teluk pada Jumat. Dia membuka kerja sama untuk meningkatkan pertahanan mereka dan menggarisbawahi pentingnya mengurangi kerugian sipil.
Kemudian, Blinken mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa meningkatnya konflik adalah keprihatinan besar bagi Amerika Serikat dan meminta semua pihak untuk mengurangi eskalasi. Konflik ini terjadi ketika koalisi Saudi melakukan intervensi setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dari ibu kota Sanaa. Sejak itu konflik ini menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan mendorong Yaman ke ambang kelaparan.