Sabtu 22 Jan 2022 13:09 WIB

Serangan Saudi Cs Tewaskan 70 Tahanan, Houthi: Dunia tak Bisa Diam!

Houthi memperkirakan jumlah korban dalam serangan Saudi ke penjara akan bertambah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Orang-orang memeriksa puing bangunan yang rusak akibat serangan udara di Sanaa, Yaman, Selasa (18/1/2022).
Foto: AP Photo/Hani Mohammed
Orang-orang memeriksa puing bangunan yang rusak akibat serangan udara di Sanaa, Yaman, Selasa (18/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Menteri kelompok Houthi di Yaman mengatakan korban tewas dari serangan udara koalisi Arab Saudi pada penjara yang dikelola kelompok pemberontak itu  menjadi 70 orang.  Serangan tersebut bagian dari operasi udara untuk menggempur negara termiskin di dunia yang dikuasai Houthi.

Serangan besar-besaran terjadi setelah Houthi yang didukung Iran mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone dan rudal di Uni Emirat Arab pada awal pekan ini. Serangan Houthi itu meningkatkan ketegangan di negara yang hancur karena perang.

Baca Juga

Menteri Kesehatan Houthi Taha al-Motawakel mengatakan sekitar 70 tahanan meninggal dunia. Ia memperkirakan jumlah akan terus bertambah karena banyak yang terluka parah. "Dunia tidak bisa diam saja ketika menghadapi kejahatan-kejahatan seperti ini," kata al-Motawakel, Sabtu (22/1/2022).

Ia menambahkan telah meminta organisasi internasional untuk mengirimkan staf medis dan bantuan. Al-Motawakel mengatakan petugas medis di Yaman kelelahan dengan gelombang pasien luka dari serangan ini setelah beroperasi dengan sumber daya terbatas selama pandemi.

Juru bicara koalisi Arab Saudi Brigadir Jenderal Turki al-Malki menuduh Houthi tidak melaporkan penjara sebagai fasilitas yang perlu dilindungi dari serangan pada PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

Ia mengatakan kegagalan Houthi melaporkannya mewakili  "pendekatan curang" kelompok pemberontakan itu selama konflik. Al-Malki mengklaim koalisi tidak bisa memeriksa langsung ke badan-badan internasional itu.  

Koalisi Arab Saudi juga menyerang kota pelabuhan Hudaidah pada Jumat (21/1/2022) kemarin yang terkonfirmasi melalui foto satelit. Serangan tersebut menghancurkan pusat telekomunikasi yang menjadi pusat koneksi internet Yaman.

Serangan udara juga menghantam ibu kota Sanaa yang telah dikuasai Houthi sejak akhir 2014 lalu. Ketegangan terbaru menjadi yang paling intensif sejak pertempuran merebutkan Hodeida pada tahun 2018 lalu dan satu tahun setelah Amerika Serikat (AS) dan PBB gagal membawa kedua belah pihak ke meja negosiasi.

Juru bicara ICRC di Yaman Basheer Omar mengatakan tim penyelamat terus mencari penyintas di penjara yang dikelola Houthi di sebelah utara Saada. Ia menambahkan palang merah sudah memindahkan beberapa orang yang terluka ke fasilitas kesehatan yang lain.

Berdasarkan penghitungan ICRC, Omar mengatakan jumlah korban tewas dan terluka lebih dari 100 orang. Sementara organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders (MSF) sudah memperkirakan korban luka "sekitar 200." Kepala misi MSF di Yaman Ahmed Mahat mengatakan mereka telah melaporkan "masih banyak jenazah di lokasi serangan, banyak orang hilang."

Organisasi Save the Children mengatakan penjara Saada menahan para imigran. "Para imigran mencari kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka dan keluarga mereka, puluhan warga sipil Yaman terluka, ini gambarkan yang tidak pernah kami harapkan di Yaman," kata direktur Save the Children di Yaman Gillian Moyes.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement