REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pemerintah Taiwan memperketat peraturan pembatasan sosial Covid-19 setelah angka penularan varian Omicron domestik naik. Taipei mengatakan mereka perlu bertindak sekarang demi mencegah beban yang terlalu berat meski angka kasus infeksi saat ini masih rendah.
Setelah berbulan-bulan hanya sedikit atau tidak ada penularan di masyarakat, awal bulan ini Taiwan melihat kenaikan kasus infeksi Covid-19. Sebagian besar merupakan infeksi varian omicron yang terjadi pada pegawai di bandara internasional di utara Kota Taoyuan. Mereka tertular para penumpang.
Kemudian penularan menyebar perlahan-lahan walaupun angka kasus positif masih relatif rendah dengan hanya beberapa kasus per hari. Tapi Jumat (21/1/2022) malam pemerintah Taiwan mengumumkan 60 kasus infeksi baru di sebuah pabrik dengan bandara setelah melakukan tes pada 1.000 karyawan.
Tidak ada kasus kematian dan sebagian besar orang-orang yang terinfeksi hanya mengalami gejala ringan atau tidak ada gejala sama sekali. Pemerintah Taiwan mengumumkan serangkaian langkah baru seperti melarang masyarakat makan dan minum di transportasi publik dan membatasi kunjungan ke kuil.
Kebijakan ini diterapkan menjelang tahun baru Imlek yang dimulai akhir bulan ini. Menteri Kesehatan Taiwan Chen Shih-chung mengatakan tes akan diperluas agar kontak dapat terdeteksi sebanyak mungkin. "Tentu kami pikir pandemi ini mengancam, kami harus meningkatkan kewaspadaan," kata Chen, Sabtu (22/1/2022).
Dalam pernyataannya Perdana Menteri Su Tesng-chang mengatakan walaupun wabah tidak menimbulkan sakit parah tapi perlu ada langkah yang diambil. "Bila pandemi tidak dapat ditahan, maka akan menimbulkan beban bagi sistem kesehatan," katanya.
Taiwan dianggap cukup berhasil mengendalikan pandemi melalui peraturan pembatasan sosial yang ketat dan dilakukan sejak awal. Pulau itu juga sukses menerapkan pelacakan kontak dekat.
Kasus harian saat ini masih di bawah pertengahan tahun lalu ketika ribuan orang terinfeksi selama wabah domestik yang berlangsung selama tiga bulan. Sebagian besar masyarakat juga dapat hidup dengan normal.
Sudah lebih dari 70 persen populasi Taiwan menerima vaksin lengkap. Saat ini pulau itu sedang menjalankan program vaksin booster, walaupun sejauh baru 15 persen warga yang sudah menerima dosis ketiga.