Ahad 23 Jan 2022 11:19 WIB

Guru Besar FKUI Ungkap Indikasi Lonjakan Kasus Covid-19 Akibat Omicron

Dua kasus kematian varian Omicron merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia

Rep: rizky suryarandika/ Red: Hiru Muhammad
Petugas kesehatan melayani masyarakat untuk mendapatkan vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Presiden Joko Widodo mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster, dikarenakan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan akibat penyebaran varian Omicron.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas kesehatan melayani masyarakat untuk mendapatkan vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Presiden Joko Widodo mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster, dikarenakan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan akibat penyebaran varian Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama meminta dua kasus kematian akibat tertular Covid-19 varian Omicron wajib menjadi perhatian semua pihak. Menurutnya, hal ini menjadi indikasi tak semua kasus Omicron berupa infeksi ringan. 

"Wafatnya dua warga kita kembali menunjukkan bahwa tidak semua infeksi Omicron adalah 'ringan', jadi semua kita harus ekstra waspada , tentu tanpa perlu panik," kata Prof Tjandra dalam keterangan pers, Ahad (22/1). 

Baca Juga

Prof Tjandra menyebut dari data 22 Januari 2022 ada sekitar 1.000 kasus Omicron di Indonesia dimana sekitar 250an adalah transmisi lokal. Ia mengamati pada beberapa pekan yang lalu, kasus Omicron sebagian besar merupakan pendatang dari luar negeri.

"Dan kini sudah makin bergeser ke transmisi lokal, artinya makin banyak kasus-kasus Omicron di masyarakat. Juga, satu dari dua yang meninggal kemarin adalah kasus transmisi lokal," ujar Prof Tjandra. 

Prof Tjandra mengkhawatirkan Indonesia mengalami lonjakan kasus Covid-19 kembali seperti medio tahun lalu. Pasalnya, terjadi kenaikan angka Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. "Jumlah kasus Covid-19 terus meningkat, pada 20 dan 21 Januari di atas 2.000 dan pada 22 Januari sudah diatas 3.000, entah bagaimana hari ini dan besok-besok hari," ucap Prof Tjandra. 

Di sisi lain, Prof Tjandra memaparkan data kematian akibat Omicron dari beberapa negara. Tercatat, kasus Omicron di Inggris sudah menimbulkan 75 korban jiwa hingga akhir tahun lalu. Lalu pasien Omicron pertama yang meninggal di Amerika Serikat umurnya sekitar 50 tahunan, sudah pernah Covid sebelumnya dan belum divaksinasi. Kemudian di Jepang yang meninggal akibat Omicron adalah lansia dengan komorbid berat. Sedangkan di Australia yang meninggal karena Omicron mereka yang berusia 80an dengan komorbid

"Kasus di Singapura yang meninggal umur 92 tahun, tidak ada komorbid yang jelas dan tidak vaksinasi. Adapun di India yang meninggal usia 74 tahun, dengan diabetes melitus dan komorbid lain," ujar Prof Tjandra. 

Selain itu, Prof Tjandra mengamati Amerika Serikat dan Australia beberapa hari yang lalu menyatakan nampaknya akan mengalami peningkatan kematian akibat Covid-19 beberapa pekan mendatang. "Ini terkait dengan bahaya varian Omicron," sebut Prof Tjandra. 

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan merilis dua kasus konfirmasi Covid-19 varian omicron meninggal dunia. Kedua kasus tersebut merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian baru yang memiliki daya tular tinggi.

“Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi melalui rilis resmi Kemenkes, Sabtu (22/1).

Nadia memastikan kedua pasien tersebut memiliki komorbid. Namun, Nadia belum menjelaskan detail identitas kedua pasien dan riwayat penyakit yang dideritanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement