REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Associate Director BUMN Research Group LMUI Toto Pranoto mengatakan pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN ingin mendorong terciptanya value creation lebih optimal pada sektor pariwisata yang akan menjadi unggulan devisa masa depan melalui pembentukan holding BUMN pariwisata dan pendukung atau InJourney.
Toto menyebut kehadiran InJourney yang mengintegrasikan kekuatan masing-masing BUMN, mulai dari perhotelan, destinasi wisata, hingga infrastruktur bandara akan meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia dan mampu bersaing dengan Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Dalam posisi masing-masing BUMN stand alone sebelum ini, maka langkah mereka menjadi sporadik dan tidak mampu menjual keunggulan pariwisata Indonesia secara optimal," ujar Toto saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (23/1).
Dengan adanya holding, ucap Toto, BUMN bisa fokus dan semakin kompetitif dalam menjual produk bundling yang akan memberikan one stop service untuk industri pariwisata Indonesia.
Toto menyebut holding pariwisata dan pendukung juga harus bersinergi dengan industri pariwisata secara menyeluruh, termasuk masyarakat yang menggantungkan hidup dari pariwisata selama ini. Toto menilai keberadaan holding jangan sampai mematikan para pelaku wisata lainnya.
"Jangan sampai industri tourism di level akar rumput mati suri karena terlindas oleh holding ini sebagai pemain besar," ucap Toto.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pembentukan InJourney didedikasikan untuk menjawab berbagai tantangan dan potensi besar di sektor pariwisata dan pendukung terutama akibat disrupsi pandemi.
"Ini holding BUMN pertama yang berbentuk ekosistem lintas sektor. Bahkan dirancang menjadi mega ekosistem yang bersinergi dengan BUMN sektor lain, swasta, UMKM, dan masyarakat lokal," ujar Erick.
Selain akan dilakukan pembenahan tata kelola perusahaan, ucap Erick, semua layanan dari ekosistem ini akan saling terhubung, dan terintegrasi, mulai dari infrastruktur hingga pengalaman perjalanan di tiap titik wisata dan fasilitas.
Erick mencontohkan bandar udara akan menjadi Aerocity dan lifestyle destination, juga akan dibentuk super platform untuk travel plan pengalaman berwisata di Indonesia secara holistik.
Di tahap awal, ucap Erick, Kementerian BUMN mengintegrasikan lima perusahaan di bawah InJourney yakni Angkasa Pura I (AP I), Angkasa Pura II (AP II), Hotel Indonesia Natour (HIN), Taman Wisata Candi Borobudur (TWC), dan Sarinah. Ke depannya, kata Erick, akan bergabung pengelola destinasi pariwisata terintegrasi ITDC dan berbagai layanan penerbangan dan kargo milik negara.
"Dengan konsolidasi aset awal sebesar Rp 97,88 triliun, InJourney akan terus berkembang dengan target konsolidasi aset sebesar Rp 261,22 triliun pada 2024," kata Erick.