Ahad 23 Jan 2022 17:02 WIB

Mantan Kepala Eijkman: Memindahkan Laboratorium Bukan Hal Mudah

BRIN harus mengutamakan asas kehati-hatian dalam proses pemindahan laboratorium

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Gedung Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN).  Pemindahan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman dari Kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ke fasilitas baru Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN) di Cibinong bukan hal mudah.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Gedung Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN). Pemindahan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman dari Kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ke fasilitas baru Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN) di Cibinong bukan hal mudah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Mantan Kepala Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa pemindahan Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman dari Kompleks Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ke fasilitas baru Badan Riset Inovasi dan Teknologi (BRIN) di Cibinong akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun ia mengingatkan bahwa pemindahan laboratorium tersebut bukanlah hal mudah untuk dilakukan.

"Karena untuk memindahkan, saya beri satu contohnya saja, memindahkan satu freezer minus 80 (derajat) yang isinya sampel dari Diponegoro (Jakarta Pusat) ke Cibinong, itu perjalanannya aja mungkin memakan waktu mungkin dua jam tiga jam, kemudian persiapannya sebelum itu diangkut kita mesti, ya nggak seperti mindahin lemari es biasa," kata Amin dalam diskusi daring, Ahad (23/1).

Baca Juga

Selain itu, Amin menilai BRIN perlu juga memperhatikan aspek keamanan dalam proses pemindahan laboratorium tersebut. Harus dipastikan dalam proses pemindahan tidak ada sampel penelitian yang hilang atau rusak.

"Back up-nya gimana dalam perjalanan kita memastikan sampelnya tidak rusak, tidak hilang, tidak dicuri, juga tidak membahayakan lingkungan, karena contohnya disitu misalnya ada satu sampel yang isinya virus. Satu tabung isinya virus, kemudian terjadi sesuatu di perjalanan, karena ya satu sebab kemudian freezer itu terbuka dan itu terhempas keluar," ujarnya.

Dirinya mengaku sudah menyampaikan persoalan tersebut ke BRIN beberapa kali. Prinsipnya BRIN harus mengutamakan asas kehati-hatian dalam proses pemindahan laboratorium tersebut.

Amin mengungkapkan sejak Eijkman diputuskan untuk dilebur ke BRIN, dirinya baru dua kali bertemu dengan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko.

Pertemuan pertama terjadi ketika Amin diperkenalkan penggantinya oleh Handoko. Pertemuan kedua terjadi pada sebuah acara sarasehan. Dalam acara tersebut Amin menduga akan dilakukan sertijab, namun hanya dilakukan penyerahan salinan keppres secara simbolis.

"Tentu ada masa peralihan ya, kenapa ditunjuk pelaksana harian, diminta pelaksana harian langsung bertugas saya dengar instruksi itu waktu apel pagi, itu buat saya oke saja artinya supaya transisinya itu bagus, tapi mungkin yang bisa diperbaiki adalah cara komunikasinya artinya perubahan itu tanda petik disosialisasikannya bukan dalam bentuk diskusi dan sebagainya, tapi one way aja, saya sudah punya keputusan seperti ini," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement