REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Para elite politik diminta untuk menahan diri dan tak mengeluarkan statemen yang berpotensi menyinggung bahkan menyakiti hati masyarakat.
Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo merespons ramainya statemen tokoh politik akhir-akhir ini yang menyinggug soal suku, agama, ras dan bahasa.
Belum lama ini, jelas Ganjar, anggota DPR RI, Arteria Dahlan telah mengeluarkan statemen yang dinilai telah menyakiti yang menyinggung perasaan masyarakat Sunda.
"Tak hanya Arteria, eks kader PKS, Edy Mulyadi juga memunculkan pernyataan terkait ibu kota negara baru yang dinilai menyinggung dan menyakiti masyarakat Kalimantan," jelasnya, di Semarang, Senin (24/1/2022).
Menurut Ganjar, statemen tokoh politik yang terkait suku, agama, ras, bahasa memicu reaksi di tengah- tengah masyarakat. Oleh karena itu, sekarang saatnya semua bisa menahan diri dan memilih diksi- diksi lebih tepat. "Jika statemen- statemen itu berpotensi bisa menyakiti hati masyarakat, mbok ya jangan dikeluarkan," tambahnya.
Menurut Ganjar, kritik otokritik itu seusatu yang menyehatkan jika disampaikan dengan tepat. Tapi jika pilihan diksi dan intonasi yang tidak tepat membuat penerimaan di masyarakat menjadi berbeda.
Akhirnya muncul reaksi dari masyarakat, seperti di Jawa Barat kemudian juga di Kalimantan. Maka siapapun elite yang dipercaya masyarakat semestinya juga mengerti persoalan dan perasaan warga.
"Mari kita bicara yang baik- baik, kritik boleh, tapi kalau kemudian apa yang disampaikan itu ada potensi menyakiti hati, lebih baik jangan dikeluarkan," tegasnya.
Sebaliknya, Ganjar juga meminta masyarakat tidak perlu mudah terprovokasi, namun juga diminta menahan diri dan menyelesaikan persoalan itu juga dengan cara bijak. Penyampai pernyataan kontroversial itu lebih baik diundang dan memberi klarifikasi. Sehingga orang yang membuat pernyataan juga 'gentle', datang bertemu kelompok masyarakat.
"Jadi masyarakat jangan terprovokasi, hingga muncul berbagai reaksi," tandas Ganjar.