Food waste entah kenapa menjadi kebiasaan banyak anak muda sekarang ini. Mereka belanja lebih banyak di pasar atau swalayan, pesan makanan porsi besar di restoran dan hanya menghabiskan setengahnya, membiarkan buah dan sayuran rusak di lemari pendingin, atau mengambil porsi makan lebih banyak dari yang bisa mereka makan.
Ketika kita menyia-nyiakan makanan, kita menyia-nyiakan sumber daya berharga, seperti air, benih, pakan, dan segala hal yang digunakan untuk memproduksi makanan yang terbuang. Itu belum termasuk sumber daya transportasi untuk mengangkut dan mendistribusikan bahan dasar makanan tersebut. Singkatnya, food waste meningkatkan emisi gas rumah kaca dan berkontribusi besar pada perubahan iklim.
Food waste adalah makanan sisa yang sedianya dikonsumsi manusia, tetapi dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Food waste berbeda dengan food loss yang merupakan sisa bahan makanan yang timbul dari proses produksi dan pengolahan sebelum makanan sampai di distributor atau ritel.
Hasil penelitian Waste4Change menunjukkan food waste dan food loss di Indonesia mencapai 184 kilogram (kg) per orang per tahun atau total 48 juta per tahun. Jumlah makanan terbuang itu setara dengan porsi makan 125 juta orang untuk mengentaskan kemiskinan dan menangani stunting di Indonesia.
Total sampah makanan setahun itu juga setara dengan 1,73 gigaton karbondioksida yang terakumulasi di udara atau rata-rata tujuh persen dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia dalam setahun.
Bagaimana cara kita berhenti menjadi pelaku food waste dan berubah menjadi food hero?
1. Buat perencanaan makanan dan berbelanja dengan cerdas
Perencanaan makanan salah satu cara termudah mengatur konsumsi makanan kita sehari-hari. Buat daftar makanan yang ingin kita makan atau siapkan selama sepekan, termasuk perkiraan berapa kali kita akan makan di luar. Lihat isi lemari es, apakah masih ada bahan makanan yang bisa diolah?
Setelah berbelanja, patuhi perencanaan makanan yang sudah dibuat. Hindari membeli impulsif. Jangan gengsi beli buah atau sayur yang mungkin tidak sesegar buah dan sayur yang baru dipetik di kebun, sebab mereka sebetulnya baik-baik saja meski mungkin tampak sedikit layu. Apalagi biasanya sayur dan buah yang begini biasanya dijual diskon. Lebih hemat kan?
2. Simpan makanan dengan benar
Pelajari cara menyimpan makanan atau food preparation dengan benar, misalnya cara menyimpan sayur dan buah lebih lama di kulkas. Beberapa jenis buah mengeluarkan gas etilen yang mempercepat pematangan dan pembusukan bahan makanan.
Sekiranya kita terlalu banyak beli produk segar, masak sebagiannya dan bekukan untuk memperpanjang umur simpan. Bayak bahan makanan yang bisa disimpan lama di freezer, termasuk irisan buah, olahan daging, dan makanan siap saji.
3. Makan dalam porsi kecil
Lebih baik makan dalam porsi kecil beberapa kali, ketimbang makan sekaligus dalam porsi besar. Sekiranya kita mengunjungi restoran dengan hidangan porsi jumbo, jangan ke sana sendirian.
Ajak teman, atau minta tolong pelayan membungkus makanan sisa untuk dibawa pulang. Kita bisa membekukannya di freezer untuk dinikmati lagi lain hari.
4. Buat sisa makanan jadi bahan kompos
Alih-alih membuang sisa makanan, buatlah kompos. Gampang kok, sekarang sudah banyak dijual tas komposter. Kita tidak perlu melakukan apa-apa, cukup bentangkan tas komposter, masukkan bahan kompos starter, tanah, dan sampah organik di rumah.
Lakukan pengadukan tujuh hari sekali dan kurang lebih 30 hari kita sudah bisa memanen kompos sebagai pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
5. Beli pangan dari petani lokal
Tak usah bangga beli produk impor. Dengan membeli pangan dari petani lokal, kita bukan cuma mendukung si petani, tetapi juga keluarga dan komunitasnya. Kita juga membantu memerangi polusi karena memperpendek jarak pengiriman barang ke rumah.
6. Donasi ke bank makanan
Indonesia memiliki banyak bank makanan (food bank) yang mengusung konsep zero food waste. Sayangnya tidak semua orang mengetahui keberadaannya.
Beberapa bank makanan dan komunitas yang memiliki program zero food waste, antara lain Food Bank of Indonesia, Garda Pangan Surabaya, Food Cycle Indonesia, Komunitas Zero Waste Indonesia, Komunitas Surplus Indonesia, Komunitas Slow Food Bali, dan Bandung Food Smart City.