REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas nampak bergerak naik di awal perdagangan hari ini, Senin (24/1). Tren ini terjadi di tengah sikap hati-hati pelaku pasar menjelang kepastian kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) di pekan ini.
Berdasarkan riset Monex Investindo Futures, pelaku pasar menantikan kepastian waktu kenaikan tingkat suku bunga acuan dari The Fed pada Kamis mendatang. Menurut riset, isu kenaikan suku bunga ini mendorong minat investor terhadap dolar AS.
"Isu The Fed mungkin menaikkan tingkat suku bunga acuan sebanyak empat kali di tahun 2022 ini telah membantu minat beli pasar terhadap dolar AS sejak akhir tahun lalu," kata Monex Investindo Futures dalam risetnya, Senin (24/1).
Meski demikian ancaman inflasi yang tinggi juga menjaga minat pelaku pasar terhadap harga emas. Selain itu, laporan Flash Manufacturing PMI dan Flash Services PMI AS juga berpeluang menjadi penggerak dolar AS malam ini, dan harga emas dapat bergerak dari data tersebut.
Sebelumnya, Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksi harga emas mampu bergerak di atas harga penutupan perdagangan akhir tahun 2021 yang bertengger di level 1.818 dolar AS per ons troi.
Ibrahim mengakui, berakhirnya tren suku bunga rendah akibat kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) sempat membuat harga emas tertekan. Namun koreksi yang terjadi tidak terlalu dalam karena adanya sejumlah kekhawatiran investor akan perkembangan varian omicron maupun situasi geopolitik akhir-akhir ini.
Ibrahim menilai penyebaran Covid-19 khususnya varian omicron dapat menghambat laju pemulihan ekonomi di AS. Sehingga, the Fed berpotensi menunda kembali rencananya untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini membuat investor memburu emas untuk mengamankan asetnya.