Senin 24 Jan 2022 12:37 WIB

Jokowi Ground Breaking Proyek Hilirisasi Batu Bara di Muara Enim

Menurut Jokowi, impor impor impor impor impor nggak berpikir negara itu dirugikan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Joko Widodo (Jokowi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan, Senin (24/1/2022). Pembangunan proyek hilirisasi batu bara ini diperkirakan akan membuka ribuan lapangan kerja baru dan menyerap hingga 12 ribu tenaga kerja.

"Dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim pada pagi hari ini ground breaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME saya nyatakan dimulai," kata Jokowi saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Jokowi menekankan, hilirisasi batu bara ini penting untuk mengurangi impor elpiji. Selama ini, ia menyebut impor elpiji di Indonesia sangatlah besar, yaitu mencapai Rp 80 triliun. Menurut dia, impor yang dilakukan secara terus menerus ini justru akan menguntungkan negara lain karena banyaknya lapangan kerja yang dibutuhkan dari industri ini.

Padahal, Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan, yakni batu bara yang diubah menjadi DME."Impor kita elpiji itu gede banget mungkin Rp 80 triliun dari kebutuhan Rp 100-an triliun impornya Rp 80 triliun, itu pun juga harus disubsidi untuk sampai ke masyarakat karena harganya juga sudah sangat tinggi sekali. Subsidinya antara Rp 60-70 triliun, pertanyaan saya apakah ini mau kita teruskan?" ujar Jokowi.

Dia menyampaikan, jika proyek hilirisasi batu bara menjadi DME yang bekerja sama dengan PT Pertamina dan Air Products di Sumsel udah berproduksi nantinya diperkirakan mampu mengurangi subsidi APBN hingga sekitar Rp 7 triliun serta memperbaiki neraca transaksi berjalan.

"Kalau semua LPG nanti distop dan semuanya pindah ke DME duit yang gede sekali Rp 60-70 triliun itu akan bisa dikurangi subsidinya dari APBN. Ini yang terus kita kejar," ucap Jokowi.

Dia menyebut, perintah untuk melakukan hilirisasi industri ini sudah disampaikannya sejak 6 tahun lalu. Namun, Indonesia masih nyaman dengan impor elpiji. Kendati demikian, jika impor tetap masih dilanjutkan, lanjutnya, maka akan merugikan negara dan juga masyarakat.

"Ada yang nyaman dengan impor. Memang duduk di zona nyaman tuh paling enak. Udah rutinitas terus impor impor impor impor impor nggak berpikir bahwa negara itu dirugikan. Rakyat dirugikan karena tidak terbuka lapangan pekerjaan," jelas Jokowi.

Karena itu, Jokowi pun mendorong agar investasi hilirisasi industri ini dapat diperbanyak sehingga semakin memperluas lapangan kerja yang dibutuhkan masyarakat. "Kalau ada lima investasi seperti yang ada di hadapan kita ini, 70 ribu lapangan pekerjaan akan tercipta. Itu yang langsung. Yang tidak langsung biasanya dua sampai tiga kali lipat. Inilah kenapa saya ikuti terus, saya kejar terus," kata Jokowi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement