Senin 24 Jan 2022 13:18 WIB

Biden Pertimbangkan Pengerahan Pasukan ke Eropa Timur dan Baltik

Keterlibatan militer AS dipertimbangkan di tengah kekhawatiran serangan Rusia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tengah mempertimbangkan pengerahan ribuan personel tentara AS, kapal perang, hingga pesawat ke sekutu NATO di Baltik dan Eropa Timur.
Foto: AP/AP
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tengah mempertimbangkan pengerahan ribuan personel tentara AS, kapal perang, hingga pesawat ke sekutu NATO di Baltik dan Eropa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tengah mempertimbangkan pengerahan ribuan personel tentara AS, kapal perang, hingga pesawat ke sekutu NATO di Baltik dan Eropa Timur. Perluasan keterlibatan militer Amerika ini dipertmbangkan di tengah kekhawatiran serangan Rusia ke Ukraina.

Pemerintahan Biden hingga saat ini mengambil sikap menahan diri pada isu Ukraina sebab khawatir memprovokasi Rusia untuk menyerang. Namun oleh karena sikap Rusia yang terus mengancam Ukraina hingga negosiasi yang gagal, AS tampaknya perlahan menjauh dari strategi menahan dirinya.

Baca Juga

Dalam pertemuan Sabtu (22/1/2022) lalu di Camp David, pejabat senior Pentagon menginformasikan kepada Biden sejumlah opsi yang akan menggeser aset militer Amerika lebih dekat ke ambang pintu Vladimir Putin. Pilihannya termasuk mengirim 1.000 hingga 5.000 tentara ke negara-negara Eropa Timur dengan potensi untuk meningkatkan jumlah itu sepuluh kali lipat jika keadaan memburuk.

Para pejabat AS berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka tentang pertimbangan internal tersebut. "Biden diperkirakan akan membuat keputusan pada awal minggu ini, kata mereka seperti dikutip laman Strait Times, Senin (24/1/2022).

Pejabat tersebut mengatakan, Biden menimbang peningkatan itu karena Rusia telah meningkatkan sikap mengancamnya terhadap Ukraina, termasuk mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara dan persenjataan di perbatasan dan menempatkan pasukan Rusia di Belarus. Pada Sabtu, Inggris menuduh Moskow mengembangkan rencana untuk menempatkan pemimpin pro-Rusia di Ukraina.

"Bahkan saat kami terlibat dalam diplomasi, kami sangat fokus pada membangun pertahanan, membangun pencegahan," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada Ahad (23/1/2022) di CBS "Face the Nation."

"Nato sendiri akan terus diperkuat secara signifikan jika Rusia melakukan tindakan agresi baru. Semua itu ada di atas meja," kata Blinken melanjutkan.

Sejauh ini, tidak ada opsi militer yang dipertimbangkan termasuk mengerahkan pasukan Amerika tambahan ke Ukraina sendiri. Biden telah menjelaskan bahwa dia enggan memasuki konflik lain setelah keluarnya Amerika dari Afghanistan musim panas lalu setelah 20 tahun berada di sana.

Kendati demikian, setelah bertahun-tahun bertanya di sekitar pertanyaan tentang berapa banyak dukungan militer AS ke Ukraina, para pejabat Biden baru-baru ini memperingatkan bahwa AS dapat mendukung pemberontakan Ukraina jika Putin menyerang Ukraina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement