REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Mesir, tepatnya di Abdou Basha telah berdiri setidaknya empat Rumah Tahfidz. Pendirinya adalah orang Indonesia, mereka merupakan lima sahabat penghafal Al-Qur'an. Terdiri dari Abdul Aziz, Ahmad Faqih, Muhammad Rendi, Ibrahim lubis dan Udin.
Kelimanya adalah mahasiswa Indonesia yang tengah menempa ilmu di negeri seribu menara itu. Sebelum sampai pada tahap ini, mereka adalah santri KH. Yusuf Mansur.
Kisahnya bermula saat KH. Yusuf Mansur mengajak siswa-siswi MAN 12 Jakarta Barat untuk menghafal Al-Qur'an di 'rumah putih', sebutan untuk kediaman KH. Yusuf Mansur. Mereka belajar dan menghafal Al-Qur'an di rumah KH. Yusuf Mansur selama delapan bulan. Sebelum kemudian berpindah ke Pesantren Wadi Mubarok, Bogor.
Belum genap hafalan AL-Qur'annya, KH. Yusuf Mansur menawarkan mereka untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur'an di Mesir. KH. Yusuf Mansur juga mengatakan bahwa mereka dapat memperdalam ilmu agama jika belajar ke Mesir.
Setelah menyetujui tawaran tersebut, mereka akhirnya terbang ke Mesir. Di sana mereka mencari halaqah tahfidz yang berbasis mukim atau menetap untuk memenuhi tugas KH. Yusuf Mansur. Namun, setelah mereka menemukan sebuah halaqah yang sesuai, pendaftaran masuk halaqah tahfidz tersebut telah ditutup.