REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kecelakaan laut yang menimpa boat pengangkut calon tenaga kerja Indonesia (TKI) di Perairan Pontian Besar Johor, Malaysia, pada 17 Januari 2022, menimbulkan kekhawatiran pada keluarga korban selamat. Mereka berharap, bantuan dari pemerintah.
Harapan itu salah satunya disampaikan oleh Warnengsih (42 tahun), asal Desa Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Dia merupakan ibu dari Azirah Assyaatul Baqiyah (21), salah seorang korban selamat dalam peristiwa tersebut.
Dia berharap, bisa berkomunikasi melalui sambungan telepon dengan anaknya. "Saya ingin mendengar suara Azirah walau hanya semenit. Biar hati saya menjadi plong," ujar Warnengsih, saat mengadu ke Sekretariat Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Cabang Indramayu, Senin (24/1).
Warnengsih mengungkapkan, meski anak pertamanya itu dipastikan selamat, tapi dia tetap khawatir. Pasalnya, hingga kini dia belum bisa berkomunikasi langsung dengan Azirah.
Warnengsih mengungkapkan, keluarga mendapat informasi dari sebuah video di media sosial tentang proses penyelamatan para korban. Dalam video itu terlihat, Azirah Assyaatul Baqiyah selamat dalam musibah tersebut.
Pihak keluarga kemudian mengkonfirmasi kebenaran informasi itu pada pihak SBMI maupun KJRI. "Alhamdulillah, anak saya benar selamat," tutur Warnengsih.
Meski demikian, lanjut Warnengsih, sejak peristiwa itu hingga sekarang, dia belum bisa menghubungi anaknya. Karena itu, dia mengaku, sangat khawatir.
"Katanya anak saya di sana masih proses penyelidikan selama dua minggu. Belum boleh berkomunikasi langsung," kata Warnengsih.
Warnengsih pun ingin membawa kasus yang menimpa anaknya itu ke ranah hukum. Hal itu dimaksudkan agar peristiwa yang menimpa anaknya tidak dialami oleh para calon TKI lainnya.
Azirah dan belasan calon TKI lainnya diberangkatkan ke Malaysia secara ilegal. Mereka diseberangkan dari Kepri ke Malaysia menggunakan kapal boat. "Saya ingin perekrut anak saya diproses," ucap Warnengsih.
Sementara itu, Plt Ketua SBMI Cabang Indramayu, Dasiwan, menilai, Azirah dan belasan calon TKI lainnya diduga menjadi korban perekrutan secara unprosedural atau korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Untuk itu, pihaknya akan melakukan pendampingan terhadap keluarga korban.
"Kami dari SBMI akan menindaklanjuti laporan dari pihak keluarga ini," kata Dasiwan.
Seperti diketahui, dalam kecelakaan laut yang menimpa para TKI itu, ada empat warga Kabupaten Indramayu yang meninggal dunia. Mereka adalah Elma Febriani (25), warga Desa Tunggul Payung, Kecamatan Lelea, Milah asal Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg, Wader (43) asal Desa Rajaiyang, Kecamatan Losarang dan Ratna Erna Sari (20) asal Desa Sudimampir Lor, Kecamatan Balongan.
Camat Balongan, Iing Kuswara, saat dikonfirmasi, membenarkan bahwa korban bernama Ratna Erna Sari merupakan warganya. Dia juga sudah mengunjungi keluarga dari Ratna Erna Sari dan berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu.
Iing menjelaskan, dari informasi yang diterimanya, Ratna berangkat dari rumahnya menuju Jakarta pada Ahad, 9 Januari 2022. Sesampainya di Jakarta, Ratna diterbangkan menuju ke Batam dan tinggal di Batam selama sepekan.
Ratna kemudian diberangkatkan menuju Malaysia dengan menggunakan boat dari Pulau Terung Kepri pada 17 Januari 2022 sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Setelah itu, boat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan laut sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
"Memang betul, warga Desa Sudimampir Lor atas nama Ratna, meninggal dunia. Kami turut berduka atas musibah yang dialami warga kami. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran,"tandas Iing, saat ditemui di Balai Desa Sudimampir Lor, Kecamatan Balongan, Jumat (21/1).