REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks saham di Asia sore ini, Senin (24/1), ditutup variatif (mixed) dengan kecenderungan menurun. Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas ke level 6.655,16 atau turun sebesar 1,06 persen.
Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) masih menjadi perhatian pasar. "Investor menimbang dampak terhadap pasar dari pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (24/1/2022).
Dampak pergeseran kebijakan pada pasar obilgasi masih menjadi tanda tanya besar karena kurva imbal hasil (yield curve) justru semakin landai (steepening). Imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun (US Treasury note) tertahan di 1,76 persen atau hampir sama dengan level di awal tahun ini.
Bahkan, menurut riset, ada sekelompok investor yang berspekulasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan mereka pekan ini meskipun probabilitas hal itu terjadi cukup kecil.
Mayoritas investor masih mempunyai ekspektasi kenaikan suku bunga pertama sebesar 0,25 persen akan terjadi di bulan Maret dan di tambah 3 kali kenaikan lagi hingga suku bunga mencapai 1 persen pada akhir tahun ini.
Sepanjang perdagangan hari ini, investor asing melepas saham-saham blue chip yaitu antara lain BBRI, BBCA, TOWR hingga BUKA. Sementara saham-sahan yang paling buntung di antaranya BBYB, EMTK, ARTO, ANTM dan BBHI.