REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kamaruddin Amin mengungkap perlu pada survei lanjutan terkait data buta aksara Alquran. “Saya merasa angka 65 persen itu terlalu tinggi, semoga tidak seperti itu. Semoga hasil survei itu tidak benar, makanya semoga litbang bisa segera melakukan survei lanjutan,” kata Kamaruddin saat dihubungi Republika, Senin (24/1/2022).
“Saya sudah komunikasi dengan litbang untuk melakukan survei itu,” sambungnya.
Dia juga menegaskan, upaya pengetasan buta baca tulis Alquran telah dan akan terus dilakukan, baik melalui program formal maupun informal. Secara formal, pembinaan dilakukan melalui lembaga pendidikan seperti madrasah, sekolah maupun pesantren. Sedangkan informal, biasanya mengandalkan kerjasama organisasi masyarakat Islam, lembaga tahfidz, dan organisasi kemasyarakatan.
“Kementrian telah sedang dan terus melakukan ihtiyar untuk meningkatkan literasi umat dalam baca tulis Alquran,” ujarnya.