Senin 24 Jan 2022 22:30 WIB

Inggris Pulangkan Staf Kedutaan di Ukraina

Meski ada penarikan staf, kedutaan Inggris di Ukraina tetap buka

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Sebuah tank Rusia T-72B3 menembak ketika pasukan mengambil bagian dalam latihan di lapangan tembak Kadamovskiy di wilayah Rostov di Rusia selatan, Rabu, 12 Januari 2022. Rusia telah menolak keluhan Barat tentang penumpukan pasukannya di dekat Ukraina, dengan mengatakan bahwa mereka mengerahkan mereka di mana pun dianggap perlu di wilayahnya sendiri.
Foto: AP/AP
Sebuah tank Rusia T-72B3 menembak ketika pasukan mengambil bagian dalam latihan di lapangan tembak Kadamovskiy di wilayah Rostov di Rusia selatan, Rabu, 12 Januari 2022. Rusia telah menolak keluhan Barat tentang penumpukan pasukannya di dekat Ukraina, dengan mengatakan bahwa mereka mengerahkan mereka di mana pun dianggap perlu di wilayahnya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan menarik beberapa staf kedutaan besar di Ukraina, sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman dari Rusia. Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan mengatakan, meski ada penarikan staf, kedutaan tetap buka dan akan terus melakukan pekerjaan penting.

“Beberapa staf dan tanggungan Kedutaan Besar ditarik dari Kiev sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman dari Rusia,” kata Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan, dilansir Anadolu Agency, Senin (24/1/2022).

Baca Juga

Keputusan tersebut mengikuti keputusan serupa oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). Pada Ahad (23/1), AS  secara resmi memerintahkan kepulangan anggota keluarga kedutaan yang memenuhi syarat dari Ukraina di tengah peningkatan ancaman dari Rusia.

“Pada 23 Januari 2022, Departemen Luar Negeri mengesahkan kepergian sukarela karyawan perekrutan langsung AS (USDH) dan memerintahkan kepergian anggota keluarga yang memenuhi syarat (EFM) dari Kedutaan di Kiev karena ancaman lanjutan dari aksi militer Rusia,” kata pernyataan pemerintah AS.

Pemerintah AS menyerukan kepada warga Amerika di Ukraina untuk mempertimbangkan kepulangan mereka dengan menggunakan pesawat komersial, atau pilihan transportasi lain yang tersedia secara pribadi. Pemerintah AS mengatakan, situasi keamanan di sekitar perbatasan Ukraina, di Krimea yang diduduki Rusia, dan di Ukraina timur yang dikuasai Rusia tidak dapat diprediksi. Situasi dapat memburuk dengan cepat. Pemerintah AS menambahkan, ada laporan bahwa Rusia sedang merencanakan aksi militer yang signifikan terhadap Ukraina.

Rusia mencaplok Semenanjung Krimea yang merupakan wilayah Ukraina pada  2014. Tindakan ini tidak pernah mendapat pengakuan internasional dan  ilegal menurut hukum internasional.

Belum lama ini, Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan timur Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa Kremlin dapat merencanakan serangan militer lainnya. Moskow membantah bahwa mereka sedang bersiap untuk melakukan serangan. Rusia mengatakan, mereka mengerahkan pasukan untuk keperluan latihan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement