Senin 24 Jan 2022 20:58 WIB

Taliban Desak Barat Cairkan Aset Afghanistan

Taliban dan diplomat barat telah memulai pembicaraan resmi pertama di Eropa

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Milisi Taliban (ilustrasi)
Foto: english.alarabiya.net
Milisi Taliban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Taliban dan diplomat barat telah memulai pembicaraan resmi pertama di Eropa, sejak mereka mengambil alih kendali Afghanistan pada Agustus tahun lalu. Dalam pertemuan yang digelar secara tertutup itu, Taliban kembali mendesak Barat agar mencairkan dana cadangan bank sentral Afghanistan senilai hampir 10 miliar dolar AS, yang disimpan di Amerika Serikat.

“Kami meminta mereka untuk mencairkan aset Afghanistan dan tidak menghukum warga sipil Afghanistan karena wacana politik. Karena kelaparan dan musim dingin yang mematikan, saya pikir sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk mendukung warga Afghanistan, bukan menghukum mereka karena perselisihan politik mereka," kata delegasi Taliban, Shafiullah Azam.

Baca Juga

Menjelang pembicaraan, diplomat barat bertemu dengan aktivis hak perempuan Afghanistan dan pembela hak asasi manusia. Mereka mendengarkan paparan dari masyarakat sipil di Afghanistan dan diaspora Afghanistan, tentang tuntutan serta penilaian mereka terhadap situasi saat ini di lapangan.  Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan Uni Eropa, AS, Inggris, Prancis, Italia dan Norwegia sebagai tuan rumah.

Saat peserta berkumpul, aktivis hak-hak perempuan Heda Khamoush yang tinggal di Kabul, mengangkat foto dua wanita bernama Tamana Zaryabi Paryani dan Parwana Ibrahimkhel. Kedua wanita itu ditangkap oleh Taliban pada pekan lalu, karena ikut ambil bagian dalam aksi protes anti-Taliban. Sejak ditangkap, tidak ada kabar dari kedua wanita tersebut.  

Taliban menepis tuduhan bahwa mereka telah menculik kedua wanita tersebut. Azam mengatakan, para aktivis menggunakan momen pertemuan antara Taliban dan negara Barat untuk mencari suaka. Aktivis hak-hak perempuan, Mahbouba Seraj menanggapi pernyataan Azam dengan nada marah. Dia mengancam bahwa rakyat Afghanistan tidak akan mempunyai kepercayaan kepada Taliban jika mereka terus menyembunyikan kebenaran.

“Jika mereka terus seperti ini, saat itulah kepercayaan akan hancur sepenuhnya," ujar Seraj.

Pembicaraan antara Taliban dan negara Barat dijadwalkan berlangsung selama tiga hari. Pertemuan dibuka pada Ahad (23/1/2022) antara Taliban dan perwakilan masyarakat sipil. Wakil Menteri Kebudayaan dan Informasi Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan, delegasi dalam pertemuan itu mengakui bahwa pemahaman dan kerja sama bersama adalah satu-satunya solusi untuk semua masalah Afghanistan.

"Semua warga Afghanistan perlu bekerja bersama-sama untuk hasil politik, ekonomi, dan keamanan yang lebih baik," ujar Mujahid.

Kelompok bantuan dan lembaga internasional memperkirakan sekitar 23 juta orang Afghanistan menghadapi kelaparan parah. Sementara hampir 9 juta orang berada di ambang kelaparan.  Sejumlah warga Afghanistan terpaksa menjual harta benda bahkan anak-anak mereka untuk membeli makanan. Beberapa diantaranya membakar perabotan untuk mendapatkan kehangatan di tengah udara dingin yang menusuk tulang.

Kekuatan Barat cenderung menempatkan hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan dalam agenda mereka. Termasuk permintaan kepada Taliban untuk berbagi kekuasaan dengan kelompok etnis dan agama minoritas di Afghanistan.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement