REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memastikan bahwa pemilihan Mayjen Maruli Simanjuntak sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dilakukan dengan profesional. Menurut dia, Maruli merupakan sosok yang pantas menduduki posisi Pangkostrad.
Andika mengatakan, banyak perwira tinggi TNI jenderal bintang tiga yang layak mengisi jabatan Pangkostrad. Kendati demikian, dia menjelaskan, ada beberapa aspek penilaian dalam penunjukan sosok yang mengisi posisi tersebut.
Salah satunya adalah aspek jabatan Panglima Kodam (Pangdam). Sebelum ditunjuk sebagai Pangkostrad, Maruli menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana.
"Jadi mereka-mereka yang eligible, bintang tiga itu banyak dan sekian banyak juga mereka melalui beberapa jabatan. Kabatan pangdam itu sebetulnya adalah salah satu penilaian, aspek penilaian, apakah pada saat menjabat ini ada sesuatu yang kemudian membuat yang bersangkutan layak," kata Andika di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/1/2022).
Sebelumnya, Andika menunjuk Maruli sebagai Pangkostrad. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Momor 66/I/2022 tanggal 21 Januari 2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI yang ditandatangani oleh Andika.
Maruli mengisi jabatan yang cukup lama kosong tersebut setelah Jenderal Dudung Abdurachman dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada November 2021 lalu. Maruli juga diketahui merupakan menantu dari Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Pengamat militer dari Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas menilai, penunjukan Maruli sebagai Pangkostrad tidak berubah dari pola penunjukkan sebelumnya. Anton mengatakan, rekam jejak Maruli sama dengan karier 20 perwira tinggi lain yang menjabat Pangkostrad sejak era reformasi.
Ia mengatakan, berdasarkan riwayat penugasan, Maruli pernah menjabat sebagai Panglima Kodam (Pangdam) IX/Udayana, dan berkualifikasi pasukan tempur, yakni Komando Pasukan Khusus (Kopassus). “Dan, berasal dari lulusan akademi militer yang lebih muda dari pejabat pendahulu," kata Anton dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (24/1/2022).
Baca juga: Kala Andika Promosikan Lima Jenderal 'Pendamping' Jokowi Secara Bersamaan
Selain itu, Anton mengatakan, tidak bisa dihindari muncul kesan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui usul penempatan perwira tinggi yang pernah bekerja dekat dengannya. Hal ini bisa dilihat dengan penunjukan Mayjen Agus Subiyanto sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (WKSAD) dan Maruli Simanjuntak sebagai Pangkostrad.
Keduanya sama-sama pernah menjabat sebagai Komandan Paspampres era Jokowi. "Fenomena ‘president’s men’ menjabat pos strategis juga bukan hal baru. Memang, riwayat penugasan pada pos yang bersinggungan langsung dengan presiden sudah sejak lama menjadi salah satu ‘jalur’ promosi di tubuh militer," ujarnya.
Anton mencontohkan, pada era Presiden Suharto, panglima ABRI pernah dijabat oleh mantan ajudan presiden, yakni Try Sutrisno dan Wiranto. Bahkan, Try Sutrisno kemudian tercatat menduduki posisi Wakil Presiden RI ke-6.
Pada 2008 ketika era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pos jabatan Pangkostrad sempat diisi Erwin Sudjono dan Danjen Kopassus dipegang Pramono Edhi Wibowo. Keduanya adalah ipar SBY. "Walaupun demikian, tentu saja riwayat kedekatan dengan presiden tidak dapat memberikan garansi penuh bahwa sosok tersebut dapat menduduki jabatan bintang empat (jenderal)," tutur dia.