REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Diplomat Amerika Serikat (AS) dan Eropa mulai menggelar perundingan dengan perwakilan Taliban di Norwegia. Negosiasi ini bertujuan memulihkan Afghanistan dari krisis kemanusiaan.
Ketika kemiskinan di Afghanistan semakin dalam jutaan rakyatnya terancam mengalami kelaparan pada musim dingin tahun ini. Baik Norwegia maupun sekutu-sekutu NATO tidak mengakui Taliban yang merebut kekuasaan tahun lalu.
Walaupun menolak mengakui kelompok milisi tersebut sebagai pemerintah resmi Afghanistan. Tapi keduanya menilai mengingat semakin dalamnya krisis di negara itu maka perundingan perlu dilakukan.
"Kami akan terus melanjutkan diplomasi dengan mata jernih dengan Taliban mengingat keprihatinan dan kepentingan kami pada Afghanistan yang stabil, menghormati hak-hak asasi dan inklusif," kata perwakilan khusus AS Thomas West di media sosial Twitter, Senin (24/1/2022).
Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Uni Eropa serta Norwegia bergabung dengan pertemuan ini. Kelompok-kelompok Afghanistan yang berada di pengasingan mengkritik pertemuan di Oslo begitu pula dengan oposisi pemerintah Norwegia yang berhaluan ekstrem-kanan.
Mereka mengatakan setiap kerja sama dengan Taliban hanya memperkuat posisi kelompok milisi tersebut. Tapi Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt mengatakan 39 juta rakyat Afghanistan kewalahan dengan keruntuhan ekonomi, pandemi Covid-19 dan banjir.
"Satu juta anak-anak mungkin meninggal dunia karena kelaparan bila bantuan tidak sampai ke tangan mereka tepat waktu dan mungkin tahun ini sekitar 97 persen populasi secara tak terduga jatuh ke bawah garis kemiskinan," katanya.
Norwegia mengatakan delegasi Taliban yang dipimpin menteri luar negerinya Amir Khan Muttaqi mungkin tidak diizinkan bertemu Huitfeldt atau pejabat lain setingkat menteri. Tapi mungkin akan bertemu menteri junior.