Selasa 25 Jan 2022 13:55 WIB

Menkes: Penyakit Katastropik Habiskan Biaya BPJS Kesehatan Terbesar

Penyakit katastropik menyebabkan pasiennya tidak produktif.

Rep: nawir arsyad akbar/ Red: Hiru Muhammad
Petugas melayani peserta BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Jakarta Barat, Senin (13/12/2021). Kepala Humas BPJS Kesehatan M. Iqbal Anas Ma
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Petugas melayani peserta BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Jakarta Barat, Senin (13/12/2021). Kepala Humas BPJS Kesehatan M. Iqbal Anas Ma

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, penyakit katastropik di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Hal ini juga menyebabkan penyakit-penyakit tersebut menelan biaya terbesar BPJS Kesehatan.

Katastropik sendiri merupakan penyakit yang proses perawatan memerlukan keahlian khusus dengan alat kesehatan canggih, dan memerlukan pelayanan kesehatan seumur hidup. Penyakit yang teridentifikasi sebagai penyakit katastropik antara lain cirrhosis hepatis, gagal ginjal, penyakit jantung, kanker, stroke, serta penyakit darah (thalasemia dan leukemia).

Baca Juga

"Dari hasil analisa di BPJS, kita lihat bahwa penyakit jantung itu membebani negara Rp 10 triliun, kanker itu Rp 3,5 triliun, stroke Rp 2,5 triliun, dan gagal ginjal Rp 2,3 triliun," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (25/1).

Ia menjelaskan, penyakit katastropik menyebabkan pasiennya tidak produktif. Pasalnya, mereka harus terus menjalani perawatan, membutuhkan penanganan khusus, dan alat kesehatan yang diperlukan.

"Ini yang menyebabkan penderitaan masyarakat menyebabkan masyarakat jadi tidak produktif, karena tidak bisa bekerja harus tinggal di rumah atau di rumah sakit dan juga membebani negara paling besar," ujar Budi.

Kendati demikian, ia menilai penyakit katastropik yang membebani pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu sebenarnya bisa dicegah dengan pola hidup sehat. Masyarakat diimbau untuk menerapkan hidup lebih sehat."Kita dorong agar mereka bisa hidup lebih sehat sehingga tidak usah sampai sakit jantung atau sakit cancer dengan stadium lanjut," ujar Budi.

"Tindakan-tindakan promotif preventif ini yang ingin kita lakukan, sekali lagi bukan hanya untuk menghemat, tapi juga membuat masyarakat hidupnya jadi lebih nyaman. Jadi tidak perlu dia sakit," katanya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement