REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, penyakit katastropik di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Hal ini juga menyebabkan penyakit-penyakit tersebut menelan biaya terbesar BPJS Kesehatan.
Katastropik sendiri merupakan penyakit yang proses perawatan memerlukan keahlian khusus dengan alat kesehatan canggih, dan memerlukan pelayanan kesehatan seumur hidup. Penyakit yang teridentifikasi sebagai penyakit katastropik antara lain cirrhosis hepatis, gagal ginjal, penyakit jantung, kanker, stroke, serta penyakit darah (thalasemia dan leukemia).
"Dari hasil analisa di BPJS, kita lihat bahwa penyakit jantung itu membebani negara Rp 10 triliun, kanker itu Rp 3,5 triliun, stroke Rp 2,5 triliun, dan gagal ginjal Rp 2,3 triliun," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (25/1).
Ia menjelaskan, penyakit katastropik menyebabkan pasiennya tidak produktif. Pasalnya, mereka harus terus menjalani perawatan, membutuhkan penanganan khusus, dan alat kesehatan yang diperlukan.
"Ini yang menyebabkan penderitaan masyarakat menyebabkan masyarakat jadi tidak produktif, karena tidak bisa bekerja harus tinggal di rumah atau di rumah sakit dan juga membebani negara paling besar," ujar Budi.
Kendati demikian, ia menilai penyakit katastropik yang membebani pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu sebenarnya bisa dicegah dengan pola hidup sehat. Masyarakat diimbau untuk menerapkan hidup lebih sehat."Kita dorong agar mereka bisa hidup lebih sehat sehingga tidak usah sampai sakit jantung atau sakit cancer dengan stadium lanjut," ujar Budi.
"Tindakan-tindakan promotif preventif ini yang ingin kita lakukan, sekali lagi bukan hanya untuk menghemat, tapi juga membuat masyarakat hidupnya jadi lebih nyaman. Jadi tidak perlu dia sakit," katanya.