Selasa 25 Jan 2022 14:35 WIB

IHSG Sesi I Anjlok, Tertekan Penurunan Saham Bank dan Emiten Tekno

IHSG Sesi I alami penurunan utamanya tertekan saham dalam indek LQ45

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona merah sepanjang perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (25/1). IHSG jatuh ke posisi 6.557,30 atau terkoreksi sebesar 1,47 persen.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona merah sepanjang perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (25/1). IHSG jatuh ke posisi 6.557,30 atau terkoreksi sebesar 1,47 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona merah sepanjang perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (25/1). IHSG jatuh ke posisi 6.557,30 atau terkoreksi sebesar 1,47 persen.

Sejak awal pekan ini, IHSG terus mengalami penurunan tajam. Pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (24/1), IHSG juga mengalami koreksi sebesar 1,06 persen. 

Baca Juga

Pelemahan IHSG ini utamanya juga tertekan saham-saham dalam indeks LQ45. Pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, indeks LQ45 parkir di level 937,48 atau telah terkoreksi sebesar 1,26 persen. 

Seluruh saham bank yang masuk ke dalam indeks paling likuid tersebut bahkan tersungkur ke zona merah. Saham BBNI merupakan yang jatuh paling dalam dengan koreksi sebesar 3,52 persen, kemudian BBRI menyusul dengan anjlok 1,70 persen, BBTN minus 1,51 persen, serta BBCA turun 0,69 persen.

Menurut Analis Indo Premier Sekuritas Mino, pegerakan IHSG yang cenderung loyo ini dipicu sentimen penyebaran Covid-19 di tanah air. "Saya melihat pelemahan di pasar terjadi karena sentimen negatif dari terus bertambahnya kasus Covid-19 di dalam negeri," kata Mino kepada Republika, Selasa (25/1).

Selain sektor keuangan, Mino melihat, pelemahan IHSG juga disebabkan oleh berlanjutnya aksi jual investor di saham teknologi. Pada penutupan bursa sesi pertama, saham BUKA mengalami koreksi sebesar 2,22 persen dan merupakan kelanjutan dari penurunan selama tiga hari beruntun. 

Saham EMTK bahkan terpangkas lebih dalam yakni sebesar 4,59 persen meski sempat menguat tipis di awal perdagangan. Menurut Mino, penurunan saham sektor teknologi itu kemungkinan mendapat sentimen negatif dari tekanan jual sektor sejenis di bursa Wall Street.

Sepanjang sesi pertama hari ini, investor asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp161,43 miliar. Aksi jual ini turut menekan saham bank terutama ARTO yang koreksinya mencapai sebesar 6,40 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement