Selasa 25 Jan 2022 16:06 WIB

Bulog tak Gabung Holding Pangan, Ini Kata Erick Thohir

Bulog akan bertindak sebagai stabilisator yang bisa mengintervensi ketika harga naik.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Rapat tersebut membahas progres penanganan permasalahan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk serta progres restrukturisasi BUMN dan holding BUMN.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Rapat tersebut membahas progres penanganan permasalahan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk serta progres restrukturisasi BUMN dan holding BUMN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan alasan Perum Bulog tidak masuk ke dalam holding BUMN pangan atau ID Food yang resmi terbentuk pada 31 Desember 2021.

Holding pangan yang dipimpin PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI berisikan anggota seperti PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sang Hyang Seri, PT Perikanan Indonesia, PT Berdikari, PT Garam, dan 11 anak usaha RNI.

Baca Juga

"Kenapa Bulog tidak masuk? Visi kami ada dua grup pangan, satu ke orientasi pasar dan satunya lagi stabilisator pangan," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/1/2022).

Erick menyatakan Bulog bertindak sebagai stabilisator yang bisa mengintervensi ketika harga naik dan membelinya serta menyimpannya untuk menjaga harga pangan.

Sementara ID Food, ucap Erick, fokus pada pasar. Erick meminta BUMN yang tergabung dalam ID Food menjadi offtaker dari hasil produksi para petani, peternak, hingga nelayan. Erick dan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono juga telah sepakat agar PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo ke depan tak perlu memiliki kapal yang akan bersaing dengan para nelayan.

"Justru harus jadi offtaker dan mendampingi para nelayan agar produknya bisa terstandarisasi," ucap Erick.

Erick mengatakan Perindo telah melakukan uji coba dengan meningkatkan standar produk perikanan, mengemasnya dalam bentuk vakum, dan mengirim ke banyak negara. Tak hanya Perindo yang bergerak di sektor perikanan, Erick juga meminta Sang Hyang Seri yang bergerak di sektor pertanian melakukan hal serupa.

"Sang Hyang Seri tidak usah berkompetisi dengan beras petani yang memang tentu untuk kebutuhan domestik," ungkap Erick.

Erick mendorong Sang Hyang Seri memproduksi beras berkualitas tinggi untuk bersaing di pasar Timur Tengah. "Jadi peran BUMN pangan jadi offtaker, bukan justru menyaingi para nelayan, petani, dan peternak yang ada di bawah," kata Erick.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement