Rabu 26 Jan 2022 03:10 WIB

Penelitian Israel Tunjukkan Dosis Vaksin Keempat Dibutuhkan

Israel sebut vaksin keempat membuat orang-orang semakin terlindungi

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Seorang pria Israel mengambil selfie saat menerima vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 ketiga dari staf medis di pusat vaksinasi virus corona di Ramat Gan, Israel, Senin, 30 Agustus 2021.
Foto: AP/Oded Balilty
Seorang pria Israel mengambil selfie saat menerima vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 ketiga dari staf medis di pusat vaksinasi virus corona di Ramat Gan, Israel, Senin, 30 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebuah penelitian yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Israel menyebutkan bahwa dosis keempat dari vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dapat membuat orang-orang semakin terlindungi dari virus penyebab penyakit wabah ini.

Dilansir BNN Bloomberg, analisis awal membandingkan data dari sekitar 400 ribu orang berusia 60 tahun ke atas yang menerima dosis keempat pada Januari. Selain itu, ada sekitar 600 ribu orang dalam kelompok usia yang sama yang hanya mendapat tiga dosis dengan suntikan ketiga diberikan empat bulan atau lebih sebelumnya.

Baca Juga

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang mendapat dosis keempat memiliki perlindungan dua kali lipat dari Covid-19 dibandingkan yang lain. Selain itu, ini juga memberikan setidaknya tiga kali perlindungan dari penyakit parah.

Israel mulai memberikan dosis keempat untuk orang dewasa yang lebih tua, petugas kesehatan dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah pada akhir Desember 2021, ketika varian omicron menyebar dengan cepat ke seluruh populasi di wilayah itu.

Sejak itu, hampir 600 ribu orang Israel telah menerima dosis tambahan. Sebagian besar orang di Israel telah menerima vaksin Covid-19 dari Pfizer.

Meski demikian, penelitian yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Israel kontras dengan uji coba terhadap 154 tenaga medis di Pusat Medis Sheba Israel. Dalam uji coba, disebutkan bahwa dosis keempat vaksin Covid-19 meningkatkan antibodi, namun tidak cukup untuk mencegah infeksi dari varian omicron.

Analisis awal dilakukan oleh para peneliti dari Kementerian Kesehatan, Institut Sains Weizmann, Technion, Institut Teknologi Israel, Universitas Ibrani Yerusalem, dan Institut Gertner di Pusat Medis Sheba.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement