Selasa 25 Jan 2022 17:25 WIB

Topan Rai Hancurkan 1,5 Juta Rumah di Filipina

Topan Rai memiliki kecepatan angin hingga 193 kilometer per jam.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Jay Rabina memperbaiki tenda setelah rumahnya rusak akibat Topan Rai di Mambaling, Cebu, Filipina. Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperkirakan Topan Rai telah merusak 1,5 juta rumah di Filipina.
Foto: AP/Jay Labra
Jay Rabina memperbaiki tenda setelah rumahnya rusak akibat Topan Rai di Mambaling, Cebu, Filipina. Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperkirakan Topan Rai telah merusak 1,5 juta rumah di Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperkirakan Topan Rai telah merusak 1,5 juta rumah di Filipina. Selain itu, badai topan yang melanda Filipina tersebut telah menewaskan lebih dari 400 orang. 

"Badai telah menghancurkan dan merusak 1,5 juta rumah, jumlah ini lebih banyak daripada topan lainnya dalam beberapa dekade terakhir," ujar pernyataan IFRC, dilansir Aljazirah, Selasa (25/1/2022).

Baca Juga

Topan Rai memiliki kecepatan angin hingga 193 kilometer per jam, dan mendarat di Siargao, sebuah pulau kecil di Mindanao timur dengan populasi sekitar 180 ribu orang. Menurut pemerintah provinsi, lebih dari 90 persen bangunan di pulau itu, termasuk sekolah dan balai kota, rusak parah.

Sejak dilanda Topan Rai, aliran listrik di seluruh Siargao terputus. Hingga kini, penduduk Siargao tetap bergantung pada generator listrik yang menyediakan pasokan terbatas. Sementara sebagian besar penduduk masih tinggal di bangunan darurat dan pusat evakuasi.

Sebanyak 15 keluarga diesa kecil Cangcohoy yang terletak di pedalaman dari Siargao terus berlindung di gedung sekolah setelah rumah mereka hancur. Mereka kehilangan mata pencaharian, dan mereka bergantung pada bantuan dari donor swasta untuk bertahan hidup.

"Sudah lebih dari satu bulan sejak Topan Rai menghantam Filipina, namun jutaan orang masih sangat membutuhkan dukungan kemanusiaan, termasuk rumah, pasokan air bersih, dan perawatan kesehatan,” kata Kepala IFRC Alberto Bocanegra.

Topan Rai menimbulkan dampak kehancuran yang lebih luas ketimbang Topan Super Haiyan yang menghantam Filipina pada 2013. Topan Rai menghantam beberapa pulau besar termasuk Bohol, Cebu, Negros, dan Palawan. Menurut perkiraan, nilai kerusakan akibat Topan Rai mencapai 790 juta dolar AS.

 “Ini adalah bencana yang jauh lebih besar daripada yang disadari dunia sebulan lalu. Masyarakat yang mengandalkan pertanian, perikanan, dan pariwisata tidak bisa mendapatkan penghasilan sekarang. Jutaan orang tidak memiliki rumah," kata ketua Palang Merah Filipina, Richard Gordon.

Menurut IFRC, dibutuhkan dana sebesar 22 juta dolar AS untuk mendukung kehidupan lebih dari 400 ribu orang selama 24 bulan. Prioritas utama termasuk pembangunan kembali tempat penampungan yang lebih aman serta menyediakan kebutuhan hidup bagi keluarga pengungsi. Mulai dari peralatan dapur hingga perlengkapan tidur dan pakaian. Sebagian besar warga juga membutuhkan dukungan hukum untuk masalah perumahan, tanah, dan properti.

"Lebih banyak yang harus dilakukan untuk membantu mereka yang rumahnya telah hancur," ujar Bocanegra.

IFRC mengatakan bahwa, dukungan jangka panjang juga diperlukan untuk membantu keluarga membangun rumah yang lebih aman. Termasuk mereka yang tinggal di pulau terpencil dan di daerah terpencil atau sulit dijangkau. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement