Selasa 25 Jan 2022 17:31 WIB

Kementan Akselerasi Penerapan Smart Farming Genjot Produksi dan Ekspor

Smart farming memungkinkan petani punya kontrol yang lebih baik pada proses produksi

Red: Christiyaningsih
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan pada ToT Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian yang dihelat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Selasa (25/1/2022).
Foto: Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan pada ToT Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian yang dihelat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Selasa (25/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, CIAWI - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Training Of Trainer (TOT) Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian. Pelatihan ini diadakan guna meningkatkan kompetensi SDM pertanian untuk menggenjot produktivitas, produksi pertanian yang bernilai jual tinggi, hingga ekspor.

Smart farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas sehingga menjadi kunci agar sektor pertanian terus eksis di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi covid 19.

Baca Juga

"ToT smart farming adalah upaya menembus langit dan ToT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern melalui smart farming. ToT menjelaskan kalau kita masih seperti dulu, kita tinggal tunggu kematian, tidak bisa menjawab tantangan dan tertinggal dalam kehidupan," demikian dikatakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan pada ToT Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian yang dihelat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Selasa (25/1/2022).

Mentan SYL menjelaskan alasan pentingnya penerapan smart farming. Menurutnya smart farming penting karena pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi Covid-19. Menghadapi tantangan perubahan iklim bukan dengan cara-cara klasik, tapi harus dengan smart farming karena perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit, jumlah penduduk senakin besar, dan lainnya sehingga mengharuskan penggunakan teknologi yang smart.

"Karena itu, hadirnya ToT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Namun dengan ToT, bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur," jelasnya.

"Kemudian, digitalisasi pertanian menjadi efektif dan penggunaan mekanisasi semakin maju sehingga produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi dan pendapatan petani semakin naik," imbuh SYL.

SYL pun berharap adanya ToT smart farming dapat lebih masif menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian. Pasalnya, kemajuan pertanian turut didukung generasi milenial karena memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara-cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

"Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Karena terbukti, petani milenial yang kita asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, Rp 400 juta, dan bahkan ada yang sampai Rp 2 miliar. Pemasaran hasil pertanian by digital, bisa jual dari desanya sendirinya," tuturnya.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menjelaskan teknologi smart farming dikembangkan sebagai salah satu respons adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi saat ini. Smart farming memungkinkan petani memiliki kontrol yang lebih baik terhadap proses produksi melalui pengelolaan pertanaman dan ternak yang baik dan efisien.

"Konsep pembangunan pertanian harus diikuti dengan peningkatan agenda intelektual seluruh stakeholder utamanya petani sebagai garda terdepan. Kita sudah lama diterpa pandemi Covid-19 dan perubahan iklim. Namun dalam kondisi ini produktivitas dan produksi pertanian tidak boleh berkurang, bahkan harus terus bertambah. Solusinya ini adalah smart farming atau pemanfaatan internet of things," sebutnya.

Dedi menambahkan smart farming adalah pemanfaatan produk bio teknologi, antara lain di dalamnya ada pemupukan berimbang, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi, mekanisasi pertanian, dan pemanfaatan internet of things. Berdasarkan itulah, BPPSDMP menyelenggarakan melaksanakan ToT Smart Farming bagi widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian.

"Dengan pemupukan berimbang, kita bisa mengurai polemik harga pupuk kimia yang harganya naik dan penggunaan pupuk organik meningkat sehingga produksi lebih tinggi. Penerapan internet of things merupakan terobosan yang dapat menjadikan produksi pertanian lebih efektif dan berkelanjutan," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement