REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK - Pesanan hio atau dupa menjelang Tahun Baru Imlek di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) meningkat dari hari biasanya. Salah satunya adalah dupa hasil olahan Harjono.
"Pesanan hio atau dupa meningkat drastis sejak dua pekan menjelang perayaan Imlek di Kalbar," kata Pemilik Rumah Produksi Hio atau Dupa, Harjono, di Sungai Raya, Selasa (25/1/2022).
Dia menjelaskan dalam sehari usahanya yang berada di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya itu mampu memproduksi lebih dari 10 ribuan batang dupa. Para pembelinya sebagian besar warga Tionghoa Kalbar. "Proses pembuatan dupa sangat mudah. Tepung atau pialit didatangkan dari Semarang, kemudian dicampur dengan kalsium yang didatangkan dari Jakarta," ujarnya.
Kemudian, adonan tepung atau pialit yang sudah dicampur dengan kalsium tadi diaduk atau dicampur. Setelah itu campuran dimasukkan dalam mesin cetak untuk direkatkan pada batang lidi yang khusus didatangkan dari Jember dan Malang. "Sementara untuk lem sebagai perekat adonan dengan lidi didatangkan khusus dari Thailand. Setelah terbentuk maka dupa diberikan warna merah agar lebih menarik, lalu dijemur beberapa hari hingga kering," ujarnya.
Menurut Harjono, sebagian besar warga Tionghoa dari berbagai daerah di Kalbar mulai banyak yang memesan dupa yang dia jual. Dupa dijual dengan harga mulai dari Rp 350 per batang hingga Rp 23 ribuan per batang atau tergantung ukurannya.
Harjono berharap pada perayaan Imlek tahun ini produksi dupanya bisa laris seperti sebelum pandemi Covid-19. "Usaha dupa saya baru berdiri empat tahun dan sempat sukses sebelum Covid-19 sangat terdampak oleh pandemi sekarang ini," katanya.
Dupa bagi warga Tionghoa secara tradisional digunakan dalam berbagai kegiatan kebudayaan Tionghoa. Antara lain untuk kegiatan upacara keagamaan, penghormatan pada leluhur, pengobatan tradisional, dan kegiatan lainnya.