REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Laporan penyelidikan Israel terkait kematian seorang lansia Palestina-Amerika berusia 80 tahun, bocor ke publik. Dalam laporan disebutkan, tentara Israel tidak mungkin menghadapi konsekuensi atas kematian seorang Palestina-Amerika berusia 80 tahun yang meninggal tak lama setelah ditahan di Tepi Barat yang diduduki.
Pria lansia itu bernama Omar Muhammad Asaad yang dihentikan oleh tentara Israel saat mengemudi pulang setelah tengah malam pada 12 Januari di desa Jaljulia, utara Ramallah. Lalu jenazahnya ditemukan oleh seorang penjual sayur, dalam keadaan telungkup dan matanya ditutup, dengan plastik diikat di satu pergelangan tangan dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Dalam laporan Washington Post yang dilansir Middle East Eye, Selasa (25/1/2022), disebutkan bahwa meski penyelidik mengonfirmasi bahwa Asaad diseret dari mobilnya, ditutup matanya dan diborgol sebelum terdiam saat ditahan di lokasi konstruksi, tidak ada tentara yang kemungkinan akan diadili.
Tentara Israel juga tidak pernah mencari bantuan medis untuk Asaad, meskipun petugas medis militer sudah siap. Lima tentara, termasuk seorang komandan kompi dan seorang komandan peleton, mengatakan kepada penyelidik bahwa mereka mengira Asaad hanya tertidur dan bahwa dia tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
"Kami tidak mengidentifikasi tanda-tanda kesusahan pada dirinya. Teriakan minta tolong atau, misalnya, genggaman tangannya ke dadanya," kata para tentara, menurut laporan itu. Tentara Israel juga mengonfirmasi bahwa Asaad disumpal dan tangannya diikat pada saat itu.
Asaad adalah seorang warga negara Amerika yang tinggal di Chicago dan Milwaukee selama lebih dari 40 tahun, dan kembali ke Tepi Barat yang diduduki 10 tahun lalu. Sepupunya, Abd al-Ilah Asaad, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia meninggal karena serangan jantung sebagai akibat serangan terhadapnya oleh tentara Israel dan kepanikan yang ditimbulkannya.
Beberapa anggota parlemen AS telah menuntut penyelidikan atas kematiannya, dengan Senator Tammy Baldwin, yang mewakili negara bagian Wisconsin, Asaad, menyebut insiden itu sebagai tragedi mengerikan yang menuntut penyelidikan menyeluruh. Departemen Luar Negeri AS juga telah meminta Israel untuk melakukan penyelidikan menyeluruh.
Selain itu keluarga Asaad menyerukan penyelidikan internasional atas kematiannya. "Kami menginginkan keadilan. Kami menginginkan penyelidikan menyeluruh dari pemerintah AS dan PBB karena (Israel) tidak dapat menyelidiki kejahatan mereka sendiri," kata Hala Hamad, putri Asaad.