REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap alasan cuaca di Kota Bandung dan sekitarnya yang cenderung lebih panas pada beberapa hari terakhir ini. Kondisi tersebut berlangsung pada puncak musim hujan yang terjadi pada bulan Januari hingga Februari.
"BMKG Bandung memantau adanya anomali kejadian hujan dan juga panasnya cuaca, terutama pada siang hingga sore hari," ujar Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu melalui keterangan resmi, Rabu (25/1/2022).
Pada bulan Januari, kata dia, merupakan puncak musim hujan di Bandung Raya dan Jawa Barat. Tercatat hingga tanggal 25 Januari curah hujan sebanyak 51,9 mm, sedangkan curah hujan normal pada Januari, yaitu 221,7 mm.
"Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2022 ini curah hujan mengalami defisit hingga 50 persen. Dalam pengamatan BMKG Bandung, curah hujan mengalami anomali negatif pada Bulan Januari ini," katanya.
Ia melanjutkan, anomali negatif curah hujan di wilayah Bandung Raya dan Jawa Barat disebabkan angin kencang yang terjadi di wilayah Jawa Barat. Kondisi tersebut muncul karena adanya pertumbuhan pusat tekanan rendah di Perairan Maluku hingga Banda.
"Pada bulan Januari ini, Monsoon Asia juga sedang pada puncaknya sehingga keberadaan beberapa pusat tekanan rendah tersebut menguatkan angin Monsun Asia di atas laut Jawa dan kemudian meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Jawa Barat dan Bandung Raya," katanya.
Pada 24 Januari kemarin, Teguh mengatakan, tumbuh bibit siklon 96S di Barat Daya Sumatera yang berpotensi meningkatkan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat bagian Barat. Tercatat kecepatan angin maksimum mencapai 24 km/jam sedangkan kecepatan angin maksimum normal Januari 18 km/jam.
"Kejadian angin kencang di level permukaan hingga level 850 mb atau 1,5 km menyebabkan awan-awan hujan yang tumbuh di sekitar Bandung Raya kembali pecah atau tergeser ke arah timur hingga tenggara, sehingga hujan terjadi di wilayah Tasik, Ciamis, dan Banjar hingga ke Jawa Tengah, terutama Jawa Tengah bagian Selatan," katanya.
Ia mengatakan, awan hujan yang pecah menyebabkan kejadian hujan terganggu dan mengakibatkan peningkatan temperatur maksimum di wilayah tersebut. Hal itu disebabkan terpecahnya awan yang menyebabkan kondisi langit menjadi bersih sehingga sinar matahari langsung masuk hingga level permukaan tanah.
"Terganggunya proses hujan menyebabkan tingkat kelembapan udara relatif tetap tinggi di atmosfer wilayah Bandung Raya. Kondisi temperatur tinggi dan kelembapan tinggi akan terasa panas dan lembap secara bersamaan atau ngelekeb," katanya.
Ia mengatakan, data BMKG menunjukkan temperatur di Bandung Raya hingga 25 Januari mencapai 30,8 derajat selsius sedangkan kondisi normal pada Januari 27,7 derajat selsius. Pihaknya mengimbau masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan.
"Masyarakat diharap tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi seperti saat ini, karena peluang untuk terjadinya hujan lebat tetap tinggi di bulan Februari dan akan semakin tinggi di bulan Maret," kata dia.