Selasa 25 Jan 2022 21:43 WIB

Tentara Gulingkan Presiden Burkina Faso

Tentara Burkina Faso mengatakan telah menggulingkan Presiden Roch Kabore

Rep: Lintar Satria / Fergi Nadirab / Red: Esthi Maharani
Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kabore
Foto: AP/Christophe Ena
Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kabore

REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Tentara Burkina Faso mengatakan mereka telah menggulingkan Presiden Roch Kabore. Militer mengatakan mereka menangguhkan konstitusi, membubarkan pemerintahan dan majelis nasional serta menutup perbatasan negara.

Dalam pengumumannya tentara menyinggung semakin memburuknya situasi keamanan yang mereka gambarkan sebagai ketidakmampuan Kabore menyatukan negara Afrika Barat tersebut. Mereka juga mengatakan respon terhadap tantangan seperti pemberontakan milisi bersenjata yang dilakukan pemerintah Kabore tidak efektif.

Pengumuman ini dibacakan seorang perwira militer di stasiun televisi nasional dan ditandatangani Letnan Kolonel Paul-Hendri Sandaogo Damiba. Tentara mengatakan pengambilalihan kekuasaan dilakukan tanpa kekerasan dan mereka yang ditahan berada di lokasi yang aman.

Pernyataan ini disampaikan atas nama entitas yang belum pernah terdengar sebelumnya, Gerakan Patriotik untuk Perlindungan dan Pemulihan (MPSR).

"MPSR yang mencakup semua bagian angkatan bersenjata, memutuskan mengakhiri jabatan Presiden Kabore hari ini," kata pengumuman itu, Selasa (25/1/2022).

Keberadaan Kabore belum diketahui selain itu muncul berbagai pernyataan yang bertentangan. Sebelumnya dikabarkan Kabore mengundurkan diri pada Senin (24/1/2022) waktu setempat. Pengunduran dirinya terjadi beberapa jam setelah junta militer merebut kekuasaan dalam kudeta.

Dalam surat tulisan tangannya yang ditujukan kepada pemerintahan junta baru, Kabore menulis bahwa setelah peristiwa yang terjadi sejak Ahad itu, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari semua tugasnya demi kepentingan terbaik masyarakat. Surat itu dibagikan oleh banyak akun di media sosial, seperti dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (25/1/2022).

Setelah tentara pemberontak mendeklarasikan kudeta, mereka mengumumkan serangkaian tindakan, termasuk penutupan perbatasan negara Afrika Barat itu. Letnan Kolonel Paul Henri Sandaogo Damiba tampil di televisi langsung dengan anggota kelompok lainnya. Mereka menyebut dirinya Gerakan Patriotik untuk Perlindungan dan Pemulihan, dan mengatakan mereka memutuskan untuk mengakhiri kekuasaan Presiden Kabore karena kemerosotan terus-menerus dari situasi keamanan.

Burkina Faso merupakan negara termiskin di Afrika Barat walaupun produsen emas. Negara itu telah mengalami beberapa kali kudeta sejak merdeka dari Prancis pada 1960.

MPSR mengusulkan sebuah kalender untuk mengembalikan ketertiban konstitusional. "Dengan kerangka waktu yang masuk akal,  setelah berkonsultasi dengan berbagai bagian bangsa," kata mereka.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan sudah mengetahui laporan militer menahan Kabore dan meminta presiden itu dibebaskan. Ditanya apakah akan melakukan asesmen pada kudeta, departemen mengatakan masih "terlalu dini" untuk mengkarakterisasikan perkembangan resmi negara Afrika Barat itu.

Juru bicara PBB menyebut Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengatakan "sangat mengecam segala bentuk perebutan pemerintahan dengan paksaan senjata" di Burkina Faso. Ia juga meminta pemimpin kudeta segera menurunkan senjata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement