Rabu 26 Jan 2022 01:33 WIB

Wisudawan Terbaik UMM Ini Kuasai Sepuluh Bahasa

Daffa meraih predikat lulusan terbaik pada Wisuda UMM kemarin.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ilham Tirta
Wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Daffa Indra Arya Wardhana.
Foto: Dok. Humas UMM
Wisudawan terbaik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Daffa Indra Arya Wardhana.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kecintaan terhadap bahasa asing menjadi semangat bagi Daffa Indra Arya Wardhana untuk menempuh studi Pendidikan Bahasa Inggris. Sikap pantang menyerahnya ini mampu mengantarkannya meraih predikat lulusan terbaik dalam Wisuda Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Selasa (25/1).

Menariknya, Daffa tak hanya menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, tetapi juga lima bahasa asing lainnya. Beberapa bahasa yang dikuasainya antara lain Jepang, Korea, Mandarin, Perancis, dan Jerman. Tak hanya bahasa asing, Daffa juga menguasai beberapa bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Banjar, dan Sunda.

Baca Juga

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Daffa memang sudah tertarik belajar bahasa. Pasalnya, ia sangat gemar mengobrol, khususnya  mendengarkan cerita orang. Hal ini terutama saat mendengarkan beragam aksen yang dimiliki oleh orang-orang.

"Dari cerita-cerita itu, saya bisa lebih memahami orang lain dan juga memaknai hidup,” kata anak sulung tersebut.

Mengenai teknik menguasai bahasa, Daffa mengatakan kuncinya adalah membiasakan diri dengan bahasa sasaran. Kemudian dibantu dengan kegiatan menonton film, tv-series serta mengikuti perkembangan musik mancanegara. Tak ketinggalan membaca buku-buku yang menggunakan bahasa sasaran dan menggunakannya untuk berkomunikasi.

Meskipun begitu, belajar bahasa asing bukan tanpa hambatan. Tantangan terbesarnya, yakni ketika menemukan penulisan bahasa yang tidak menggunakan sistem alfabet. Beberapa di antaranya seperti bahasa Jepang, Korea, dan Mandarin.

Namun, hal itu tak mematahkan semangat Daffa untuk berusaha memahami dan menguasai bahasa asing. Menurutnya, keahlian ini bisa menjadi batu loncatan untuk mewujudkan tekadnya untuk studi di luar negeri. "Itu juga yang memacu semangat saya untuk terus belajar,” ucapnya dalam pesan resmi yang diterima Republik.co.id, Selasa (25/1).

Meski fokus pada bidang akademik, Daffa tidak menafikkan bahwa keikutsertaan dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting. Sebab itu, dia pun bergabung di Lembaga Semi Otonom (LSO) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas. Sejak 2020 silam, ia juga menjadi awardee Program Kampus Mengajar Perintis dan bertugas menjadi asisten pengajar di SDN Tegalgondo 02 Kabupaten Malang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement