REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Berita transplantasi organ yang berhasil mentransfer jantung babi menjadi manusia adalah contoh kemajuan yang dibuat dalam kedokteran dan sains.
Di sisi lain, hal ini menimbulkan pertanyaan penting yang mencakup bioetika, agama, hukum dan pemerintahan. Xenotransplantasi adalah prosedur yang melibatkan pemindahan organ dari satu spesies ke tubuh spesies lain.
Sejak penelitian di bidang medis spesialis ini dimulai, ada beberapa tingkat kontroversi. Beberapa mengklaim upaya itu menjijikkan, sementara yang lain melihat kapasitas untuk program perawatan kesehatan yang efektif.
Konsultan Bioetika Saudi, Dr Reem al-Shinawi, menyebut menyelamatkan nyawa manusia adalah hal yang terpenting dalam Islam. Agama mengajarkan umatnya untuk menghargai kehidupan, sejak ruh memasuki tubuh embrio hingga nafas terakhir kita. Tugas agama dan kerja profesional untuk menyelamatkan hidup seseorang bila memungkinkan dan sesuai.
Islam juga mengamanatkan agar manusia memperlakukan hewan dengan penuh perhatian, kelembutan dan rasa hormat, sekaligus melarang kekejaman. Berdasarkan prinsip EHSAN (amal), umat Islam harus menghindari penderitaan hewan.
"Lebih lanjut, ajaran tersebut melarang menyebabkan kerusakan psikologis pada hewan, seperti menyembelih satu di depan yang lainnya. Tentu saja ada proses ketat terkait dengan pembunuhan hewan. Berburu makanan diperbolehkan tetapi tidak untuk kegiatan rekreasi," kata dia dikutip di Al-Arabaiya, Rabu (26/1).
Baca juga: Mualaf Erik Riyanto, Kalimat Tahlil yang Getarkan Hati Sang Pemurtad
Iman dalam Islam mengamanatkan penegakan hak-hak hewan dan menciptakan keseimbangan antara melindungi hewan terhadap hak asasi manusia untuk mendapatkan keuntungan dari mereka. Ada juga petunjuk yang jelas untuk membantu hewan selain sebagai sumber makanan.
Istilah penting di sini adalah keseimbangan, keseimbangan hak, manfaat, risiko dan potensi bahaya menggunakan hewan untuk tujuan medis.