Rabu 26 Jan 2022 22:10 WIB

Sepinya Siaran TV Rusia dari Krisis di Ukraina

Siaran TV pemerintah Rusia beberapa hari terakhir lebih berfokus pada isu-isu lain.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.
Foto: Euromaidan Press
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Amerika Serikat (AS) dan NATO mulai mempersiapkan pasukan untuk wilayah Timur dan ancaman sanksi kepada Rusia jika menginvasi Ukraina. Hanya saja, masalah ini nyatanya diperlihatkan dalam porsi yang rendah oleh media pemerintah Rusia.

Siaran televisi pemerintah Rusia yang menyebarkan informasi melalui 11 zona waktu dalam beberapa hari terakhir lebih berfokus pada isu-isu lain. Tayangan memperlihatkan harapan atlet Rusia untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing atau meningkatnya kasus Omicron.

"Saat ini, tidak ada perasaan musuh berada di ambang pintu dan bahwa kita akan segera memulai perang ... Itu tidak terjadi sama sekali," kata seorang analis media Rusia, yang berbicara dengan syarat anonim.

Dalam laporan tentang Ukraina, media pemerintah Rusia justru mengatakan kepanikan Barat memicu ketegangan. Narasi ini bersama dengan penggambaran bala bantuan pasukan AS ke wilayah tersebut dan pasokan senjata ke Ukraina.

Tayangan sama sekali tidak menjelaskan kondisi itu terjadi salah satunya karena kehadiran sekitar 100 ribu tentara Rusia di dekat perbatasan Ukraina. "Mereka telah menciptakannya (ancaman Rusia) ... Amerika telah menakuti diri mereka sendiri tentang invasi Rusia selama berbulan-bulan," seorang reporter untuk saluran berita berbahasa Rusia milik negara Vesti mengatakan kepada pemirsa.

Pesan semacam itu sesuai dengan desakan Kremlin bahwa Barat yang menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas regional. Pernyataan ini pun diperkuat dengan sebuah data jajak pendapat independen yang diyakini secara luas di Rusia.

"Sangat penting (bagi Kremlin) bahwa hal itu terus terlihat seperti Barat mengobarkan situasi," kata direktur lembaga jajak pendapat independen yang berbasis di Moskow, Levada, Denis Volkov, tentang liputan berita Rusia.

Menurut data Levada, sekitar 40 persen orang Rusia percaya perang mungkin terjadi. "Dilihat dari opini publik, (masyarakat) sudah siap perang. Saya kira tidak perlu persiapan... Tidak mau perang, ingin detente atau pengurangan ketegangan, tapi yakin tidak ada yang bisa dilakukan," kata Volkov.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement