REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pfizer-BioNTech pada Selasa (25/1/2022) mengumumkan mereka mulai melakukan uji klinis untuk mengevaluasi tolerabilitas, keamanan, dan imunogenisitas dari kandidat vaksin berbasis omicron.
Dalam sebuah pernyataan, kedua perusahaan mengumumkan peluncuran studi klinis yang mengatakan bahwa itu akan dilakukan pada "orang dewasa yang sehat berusia 18 hingga 55 tahun."
Menyoroti penelitian ini akan memiliki "tiga kohort yang memeriksa rejimen yang berbeda dari vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech saat ini atau vaksin berbasis Omicron," perusahaan bioteknologi itu mengatakan penelitian tersebut merupakan bagian dari "upaya berkelanjutan untuk mengatasi omicron dan menentukan kebutuhan vaksin berbasis varian."
Sebuah pernyataan dari Kathrin Jansen, wakil presiden senior dan kepala penelitian dan pengembangan vaksin di Pfizer, mengatakan penelitian saat ini dan data dunia nyata menunjukkan bahwa dosis booster terus memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit parah dan rawat inap akibat omicron.
“Kami menyadari perlunya bersiap jika perlindungan ini berkurang seiring waktu dan berpotensi membantu mengatasi Omicron dan varian baru di masa depan," kata Jansen.
Sementara itu, Ugur Sahin, CEO dan Co-founder BioNTech, mengatakan "Vaksin terus menawarkan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah yang disebabkan oleh omicron. Namun, data yang muncul menunjukkan perlindungan yang diinduksi vaksin terhadap infeksi dan penyakit ringan hingga sedang berkurang lebih cepat daripada diamati dengan varian sebelumnya."
"Studi ini adalah bagian dari pendekatan berbasis sains kami untuk mengembangkan vaksin berbasis varian yang mencapai tingkat perlindungan yang sama terhadap Omicron seperti yang dilakukan dengan varian sebelumnya tetapi dengan durasi perlindungan yang lebih lama," kata dia.
Vaksin BioNTech/Pfizer adalah vaksin Covid-19 pertama yang mendapatkan persetujuan oleh Uni Eropa pada Desember 2020. Vaksin itu menggunakan teknik inovatif mRNA berdasarkan molekul pembawa pesan dengan instruksi untuk menghasilkan protein dari virus penyebab Covid-19 untuk mempersiapkan tubuh melawan penyakit. Tidak seperti vaksin tradisional, BioNTech/Pfizer tidak mengandung virus itu sendiri.
Baca: Dua RT di DKI Jakarta Berlakukan Mikro Lockdown
Baca: Minyak Goreng Satu Harga Berlaku, tapi di Pasar Tangsel Masih Rp 19 Ribu per Liter
Baca: Kota Solo akan Rayakan Imlek dengan Sederhana