Rabu 26 Jan 2022 22:35 WIB

Sekjen ISNU: Islam Wasathiyyah Punya Akar Kuat di Indonesia

Islam wasathiyyah di Indonesia sejalan dengan nafas berbangsa dan bernegara

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam (ilustrasi). Islam wasathiyyah di Indonesia sejalan dengan nafas berbangsa dan bernegara.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Umat Islam (ilustrasi). Islam wasathiyyah di Indonesia sejalan dengan nafas berbangsa dan bernegara.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA— Islam wasthiyyah memiliki akar yang kuat di Indonesia. Hal ini didasari sejumlah faktor.  

"Geneologi wasathiyyah Islam punya basis yang sangat kuat di Indonesia karena dia lahir dari tradisi Islam mazhab," kata Sekretaris Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) M Kholid Syeirazi, saat Halaqah Kebangsaan yang digelar MUI dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Rabu (26/1/2022).    

Baca Juga

Kholid mengatakan, alasan mengapa wasathiyyah Islam itu begitu membumi di Indonesia, karena Islam wasathiyah ini memiliki akar yang sangat kuat dan hadir sebagai Islam mazhab. "Jadi bukan Islam dari wajah puritanisme melainkan Islam mazhab," katanya. 

M Kholid, mengatakan salah satu bukti Islam wasathiyyah begitu membumi di Indonesia itu bisa dilihat dari pendapatnya Ibnu Batutah. Di mana sang petualang ulung ini pernah melakukan lawatan ke Nusantara dan memberikan pendapatnya tentang kondisi Islam masa itu kepada Raja keempat Kerajaan Pasai, Sultan Malikul Dhahir.   

"Ada kutipan otentik dari Ibnu Batutah yang pernah datang ke Indonesia dan kemudian dia disambut Sultan Malikul Dhahir raja ketiga atau keempat Kerajaan Pasai," katanya. 

Kholid mengatakan, menurut pendapat Ibnu Batutah, bahwa Sultan Malikul Dhahir adalah raja yang taat terhadap syariat Islam dan merupakan penganut mazhab Imam Syafii. Pendapat ini merupakan kesan baik kepada putra Malikul Shaleh raja pertama Islam Kerjaan Pasai. 

"Di situ dia statement yang sangat tegas, sangat jelas Sultan Malikul Dhahir ini adalah penganut Islam Mazhab Syafii dan rakyatnya juga menganut Mazhab Syafii," katanya. 

Menurutnya, jika raja dan rakyatnya sudah menyatu dalam satu agama yakni Islam, maka tidak dapat diragukan lagi Islam sudah ada sejak lama di Indonesia.  

"Bisa dibayangkan sudah datang jauh lebih lama dari itu. Jadi kemungkinan kalau kita memakai teori Islam yang pertama kali datang ke Indonesia melalui Kerajaan Perlak abad ketiga Hijriyah itu berarti masanya tabiut tabiin," katanya. 

Kholid mengatakan, Sultan Malikul Dhahir ini berkuasa pada abad ke-7 Hijriyah. Di mana Islam datang ke nusantara itu sudah dalam bentuk Islam mazhab, Islam yang mengikuti mazhab. "Dan inilah definisi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah," katanya.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement