REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sekitar 850 anak-anak yang berusia sembilan tahun kemungkinan terperangkap di dalam penjara di timur laut Suriah. Mereka terjebak dalam penjara setelah serangan yang dilakukan oleh pejuang ISIS.
Pekan lalu, beberapa tahanan ISIS melarikan diri setelah sebuah bom mobil diledakkan di sepanjang perimeter penjara dan kendaraan menabrak dinding penjara. Tahanan menerobos ke koridor, membunuh beberapa penjaga dan melarikan diri.
Para militan berusaha membebaskan sekitar 3.500 tahanan ISIS yang ditahan di Suriah. Dalam proses pembobolan tahanan, pejuang ISIS menyandera sekelompok anak laki-laki untuk digunakan sebagai tameng.
Sebagian besar anak laki-laki yang terperangkap dalam kekerasan di penjara berasal dari puluhan negara asing, termasuk Suriah dan Irak. Tahun lalu Human Rights Watch mengatakan, sekitar 43 ribu pria, wanita, dan anak-anak asing yang terkait dengan ISIS ditahan secara tidak sah di timur laut Suriah.
Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi dan pasukan Amerika Serikat (AS) menyerbu penjara untuk menyelamatkan anak-anak. Seorang anak laki-laki Australia berusia 17 tahun mengalami luka di kepala. Dia menyaksikan dua temannya yang masing-masing berusia 15 tahun dan 14 tahun, ditembak mati di hadapannya. Dalam kesaksian audio dari dalam penjara, seorang anak laki-laki terdengar memohon bantuan.
"Tidak ada dokter di sini yang dapat membantu. Ada banyak orang mati di depan saya," ujar anak laki-laki itu, dilansir Middle East Monitor, Kamis (27/1).
Associate Director Divisi Krisis dan Konflik Human Right Watch, Letta Tayler, mengatakan, dia telah berbicara dengan beberapa warga negara asing di dalam penjara. Mereka khawatir akan ditembak jika meninggalkan penjara. Menurut Tayler, terjadi wabah tuberkulosis di penjara. Antara pasien dan tahanan bercampur sehingga wabah tersebut meluas dengan cepat.
Mereka yang terperangkap di dalam penjara menyerukan kepada PBB untuk merundingkan jalan keluar yang aman. Sementara seorang warga negara AS berusia 18 tahun meminta makanan dan air setelah enam hari tidak makan.
"Semua yang terlibat dalam pertempuran di Penjara Guweiran memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak ini dari bahaya. Kami mendesak mereka untuk mengambil semua langkah yang mungkin segera untuk memastikan bahwa anak-anak ini dapat pergi dengan selamat," kata Direktur Tanggapan Suriah di Save the Children, Sonia Khush.
Kush mengatakan, pemerintah asing memiliki tanggung jawab atas keamanan anak-anak yang ada di penjara tersebut. Anak-anak itu harus menghadapi risiko kematian dan cedera.
"Semua anak asing harus dipulangkan dengan keluarga mereka tanpa penundaan lebih lanjut," kata Kush.