REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS — Pasukan Kurdi pada Rabu (26/1) kembali merebut kendali penuh atas penjara Gweiran di timur laut Suriah.
Penjara tersebut merupakan tempat bagi kelompok jihadis ISIS bersembunyi sejak menyerangnya enam hari sebelumnya.
Serangan yang dimulai pada Kamis (20/1) lalu hingga enam hari itu menyebabkan lebih dari 180 orang meninggal dunia. Pasukan ISIS menyerang penjara untuk membebaskan anggotanya dan beberapa pimpinan ISIS.
Penjara Gweiran di kota Hasakeh diperkirakan menampung sekitar 3.500 narapidana ISIS. Serangan pertama kali dilakukan dengan mengirimkan bom di dalam mobil di gerbang utama penjara.
Dilansir dari Ahram Online pada Kamis (27/1), pihak berwenang Kurdi bersikeras menyatakan bahwa tidak ada narapidana yang melarikan diri dari kompleks itu.
Tetapi kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, ada jumlah yang signifikan bermunculan.
Dalam sebuah pernyataan, Farhad Shami dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengatakan operasi selama berhari-hari telah “berpuncak dengan seluruh kendali kami" atas penjara setelah semua pejuang ISIS menyerah.
Dengan Amerika Serikat dan pasukan asing lainnya masuk untuk mendukung unit elite Kurdi, lingkungan di sekitar penjara diamankan dan militan yang terkepung di dalam penjara mulai menyerahkan diri.
SDF, tentara de-facto pemerintahan semi-otonom Kurdi, mengatakan pada Rabu pagi bahwa lebih dari 1.000 narapidana ISIS telah menyerah.
Observatorium mengkonfirmasi bahwa serangan itu telah berakhir, setelah hampir enam hari penuh yang mengubah kota terbesar di timur laut Suriah menjadi zona perang.
Penyerahan massal
Ribuan warga Hasakeh terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah setidaknya 100 pejuang ISIS menyerbu fasilitas itu Kamis lalu. Anak-anak dan wanita mengungsi di salah satu masjid untuk menghindari kekacauan. Mereka berkerumun bersama di musim dingin yang menggigit. "Kami ingin kembali ke rumah," kata Maya.