REPUBLIKA.CO.ID, KOSTIANTYNIVKA -- Pedagang lokal di Kostiantynivka, yang merupakan bekas kota industri di Ukraina timur menyuarakan harapan mereka untuk perdamaian dan stabilisasi. Terutama di tengah kekhawatiran invasi militer oleh Rusia, yang telah mengerahkan ribuan pasukan militer ke perbatasan Ukraina.
Wilayah Kostiantynivka terletak di Oblast, Donetsk dan memiliki populasi sekitar 75 ribu. Wilayah ini dikuasai separatis pro-Rusia untuk sementara waktu pada 2014. Tetapi tak lama kemudian, wilayah tersebut kembali ke pemerintah Ukraina.
Irina Bodraya, seorang siswa berusia 21 tahun yang bekerja di sebuah toko penyedia layanan ponsel, mengatakan, Kostiantynivka bukanlah kota garis depan tetapi kota dengan "zona abu-abu". Kota tersebut menjadi sebuah area perantara antara dua posisi yang berlawanan.
Bodraya mengatakan, sebelum konflik pada 2014, kota Donetsk adalah pusat bisnis dan pendidikan. Tetapi sekarang pusat bisnis dan pendidikan bergeser ke kota Kharkiv di wilayah timur laut.
Bodraya mengatakan, konflik sekitar delapan tahun lalu di Ukraina timur, telah mengubah rencana masa depannya secara drastis. Ketika itu, dia bermimpi untuk kuliah di Donetsk. Tetapi mimpi tersebut telah sirna karena konflik.
"Saya memiliki harapan bahwa seluruh situasi akan menjadi lebih baik sehingga orang dapat hidup dengan tenang di tempat yang biasa mereka tinggali. (Saya ingin) memiliki kepastian, kepercayaan diri, stabilitas," ujar Bodraya, dilansir Anadolu Agency, Kamis (27/1).
Seorang warga lainnya, Andry Sliusar (32 tahun), lahir dan besar di Kostiantynivka. Dia sekarang bekerja di toko roti. Sliusar mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, banyak hal berubah di kota tersebut. Konflik pada 2014 telah merugikan ekonomi, terutama dalam hal upah dan tempat kerja.
"Saat ini, kami mencoba bertahan di sini. Namun saya ingin memberikan pendidikan yang baik dan kehidupan yang lebih baik kepada anak-anak saya," ujar Sliusar.
Sliusar berharap,semuanya kembali normal sehingga orang tidak perlu pindah ke tempat lain untuk penghidupan yang lebih baik. Sementara itu, Lena Suknenko, yang juga bekerja di toko roti, mengatakan, dia ingin perang berakhir secepat mungkin. Karena perang telah menghalanginya untuk bertemu dengan saudara perempuan dan keponakannya yang tinggal di Donetsk.
"Keluarga (kami) hampir runtuh. Kami hanya bisa menghubungi (mereka) melalui telepon. Saya berharap semuanya segera berakhir dan semuanya kembali normal seperti semula," ujar Suknenko.
Warga lainnya yaitu Janna Eromina (52 tahun) yang menjual bunga di Kostiantynivka, mengatakan, perang 2014 telah memisahkan saudara dan saudarinya satu sama lain. Eromina menceritakan sebelum konflik, dia dapat mengunjungi saudaranya di Donetsk yang berjarak sekitar satu jam perjalanan darat. Sekarang, Eromina tidak dapat bertemu dengan saudaranya.
"Saya ingin perdamaian. Saya ingin semua negara menjadi teman. Saya ingin akal sehat dan kebaikan menang atas semua ini," ujar Eromina.
Belum lama ini, Rusia mengerahka puluhan ribu tentara di dekat perbatasan timur Ukraina. Hal memicu kekhawatiran bahwa Kremlin dapat merencanakan serangan militer terhadap Ukraina.
Moskow membantah bahwa pihaknya sedang bersiap untuk menyerang. Mereka mengerahkan pasukan militer ke perbatasan Ukraina untuk latihan. Rusia mengeluarkan daftar tuntutan keamanan, termasuk agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO.