Jumat 28 Jan 2022 11:55 WIB

Uni Eropa: Booster Mampu Kurangi Pasien Rawat Inap Hingga 800 Ribu

Saat ini sekitar 70 persen dari 450 juta populasi di Uni Eropa telah divaksinasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Vaksinator memasukan dosis vaksin Moderna untuk disuntikan ke tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta dalam rangka vaksinasi dosis ketiga atau booster. Vaksin dosis penguat (booster) menurut badan kesehatan masyarakat Uni Eropa mampu mengurangi sedikitnya setengah juta pasien rawat inap di Eropa.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Vaksinator memasukan dosis vaksin Moderna untuk disuntikan ke tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta dalam rangka vaksinasi dosis ketiga atau booster. Vaksin dosis penguat (booster) menurut badan kesehatan masyarakat Uni Eropa mampu mengurangi sedikitnya setengah juta pasien rawat inap di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Vaksin dosis penguat (booster) menurut badan kesehatan masyarakat Uni Eropa mampu mengurangi sedikitnya setengah juta pasien rawat inap di Eropa pada masa mendatang. Bahkan, saat varian Omicron menyebar secara tak terduga.

"Penyerapan vaksin booster saat ini yang dicapai pada awal Januari mampu mengurangi pasien rawat inap Omicron ke depan hingga 500.000-800.000 di Eropa," demikian keterangan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) pada Kamis (27/1/2022).

Baca Juga

Angka itu mencakup Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara ditambah Norwegia, Islandia dan Liechtenstein. Saat ini sekitar 70 persen dari 450 juta populasi di Uni Eropa telah mendapatkan vaksin COVID-19 lengkap dan separuhnya sudah mendapatkan booster.

"Dengan memperluas program booster ke seluruh penerima vaksin lengkap mampu mengurangi jumlah pasien rawat inap baru hingga 300.000-500.000 lagi," jelas ECDC.

Meski kasus Omicron di Eropa merajalela secara tak terduga, dengan tingkat kasus tiga kali lebih tinggi dari puncak tertinggi saat ini, banyak negara kemungkinan sudah berada di titik balik.

"Meskipun di sejumlah negara anggota mencapai puncaknya baru-baru ini, namun pandemi belum selesai," kata komisaris kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides menambahkan.

Sementara itu, perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) Moderna Inc mengumumkan penelitian vaksin yang khusus melawan virus corona varian Omicron kini sudah di tahap pertengahan. Pengumuman ini disampaikan satu hari setelah perusahaan saingan Pfizer mengatakan tengah menggelar penelitian serupa.

Pada Kamis (27/1/2022) perusahaan itu mengatakan dosis ketiga vaksin awal memang meningkatkan antibodi untuk melawan varian tersebut. Tapi tingkat keandalannya menurun dalam enam bulan sejak dosis ketiga diberikan.

Moderna mengatakan antibodi untuk menetralkan virus terdeteksi pada semua peserta penelitian. Berdasarkan temuan yang sudah ada terbukti varian Omicron tidak menimbulkan gejala yang lebih berat dari varian sebelumnya.

Tapi varian itu dengan cepat mendominasi kasus infeksi virus corona di seluruh dunia. Ini mendorong angka infeksi dan membebani sistem kesehatan.

Moderna mengatakan mereka akan meneliti vaksin khusus Omicron pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Perusahaan itu mengatakan mereka hanya akan memberikan vaksin terbaru pada orang yang telah menerima dua dosis utama mereka, mRNA-1273. Serta orang yang menerima dua dosis utama dan vaksin booster dengan vaksin yang sama.

Dalam penelitian vaksin terbaru Moderna Inc berencana memberikan vaksin Omicron pada 300 orang peserta dalam dua kelompok yang berbeda. Berdasarkan tiga penelitian yang dipimpin Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) telah membuktikan tiga dosis vaksin Moderna atau Pfizer menjadi kunci bagi pengendalian varian Omicron.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement