REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah melakukan kunjungan ke Pulau Salat, yang merupakan pulau konservasi kemitraan antara PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk dan Yayasan BOS. Kunjungan BKSDA ke Pulau Salat ini dalam rangka melihat project konservasi Orang Utan.
Head of Sustainability PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), Henky Satrio mengatakan, kunjungan tersebut juga mendiskusikan tentang rencana pengajuan Ijin Konservasi Lingkungan (IKL). Termasuk rencana menjadikan wilayah desa Pilang dan Kawasan konservasi Orang utan tersebut sebagai Kawasan Ekosistem Esential (KEE).
Sejalan dengan prinsip keberlanjutan SSMS, menurut Henky, sangatlah penting menjaga keseimbangan ekosistem dengan melindungi keanekaragam hayati yang ada didalamnya.
SSMS ingin membutikan kepada semua masyarakat dan stakeholder bahwa melakukan konservasi dapat berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Ini bila dikembangnkan dengan pengembangan ekowisata dan kerjasama berbagai pihak.
“Pembentukan KEE Pulau Salat masih dalam tahap diskusi awal agar dapat segera dijalankan program ekowisata. Ini sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan komitmen kami dalam pengelolaan konservasi lingkungan yang memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitarnya,” ungkap Henky, Jumat (28/1/2022).
SSMS berharap kerjasama dengan BKSDA Kalimantan Tengah dalam pembentukan Kawasan Ekosistem Esential Gugusan Pulau Salat dapat segera direalisasikan.
Gugusan Pulau Salat merupakan area konservasi yang dikelola bersama oleh SSMS dan Yayasan BOS untuk dijadikan lokasi pra-pelepasliaran orangutan di Kalimantan Tengah. Program tersebut telah berjalan selama lima tahun. Pulau dengan luasan ± 2000 hektar ini memiliki keanekaragam dengan jenis vegetasi yang tinggi sehingga sangat cocok dan membantu orangutan untuk beradaptasi dengan kehidupan di habitat aslinya.