REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Palang Merah Indonesia (PMI) Solo mengirimkan relawan dan mahasiswa Politeknik Akbara ke Lumajang untuk membantu pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban erupsi Gunung Semeru beberapa waktu lalu.
Sebanyak 22 orang yang terdiri dari relawan PMI Solo dan mahasiswa Prodi Manajemen Penanggulangan Bencana Politeknik Akbara diberangkatkan pada Kamis (27/1).
Direktur Politeknik Akbara, Titis Wahyuono, mengatakan, pada tahap awal fase tanggap darurat bencana erupsi Semeru, PMI Solo dan Akbara sudah mengirimkan relawan dan mahasiswa ke lokasi bencana
"Fase tanggap darurat sudah selesai sekarang fase rekonstruksi. Jadi sekarang sedang menyiapkan membangun hunian sementara (huntara) sebelum hunian tetap (huntap) dibangun tahun depan," kata Titis.
Menurut Titis, PMI Solo dan Akbara melaksanakan amanah masyarakat Solo dan sekitarnya yang memberikan bantuan yang disalurkan melalui PMI Solo. Oleh sebab itu, bantuan tersebut disalurkan di antaranya dengan membangun hunian sementara. "Sementara ini yang akan kami bangun tahap pertama empat unit dan tahap kedua nanti 10 unit. Kami nanti masih melihat perkembangan bagaimana situasi di lapangan," imbuh Titis.
Titis menyatakan, kesiapan mahasiswa untuk diterjunkan membantu pembangunan huntara sudah siap. Sebab, mereka selama ini belajar di Prodi Manajemen Penanggulangan Bencana.
"Mereka selalu kami siapkan. Setiap kali ada bencana harus fast respons, tanggap, siap untuk diterjunkan ke mana pun seluruh wilayah tanah air," ucap Titis.
Rencananya, relawan PMI dan mahasiswa Akbara akan membantu pembangunan huntara selama satu bulan. Namun, jika situasinya tidak memungkinkan, maka akan diperpanjang menjadi dua bulan bahkan tiga bulan.
"Saya tadi menyampaikan, sebagai orang-orang yang komitmen terhadap dunia penanggulangan bencana, orientasinya bagaimana menolong korban bencana. Jadi bagi mereka tetap happy saja tidak ada masalah dimanapun, kapanpun, berapa lama," ujar Titis.
Titis menyebutkan, huntara yang akan dibangun nantinya berupa rumah sederhana. Kerangka dari baja ringan dengan atap galvalum. Kemudian, dinding berbahan GRC dengan tembok setengah meter. Selanjutnya, pondasi dan alas rumah diplester. Total ukuran huntara yakni 10x8 meter per unit.
Salah satu mahasiswa Prodi Manajemen Penaggulangan Bencana Akbara yang ikut berangkat, Denis, mengatakan telah mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Lumajang. Dari sisi kesehatan, dia membiasakan tidur teratur dan minum vitamin.
Menurutnya, semua mahasiswa Prodi Manajemen Penanggulangan Bencana yang diberangkatkan ke Lumajang sudah siap secara fisik dan mental. Sebab, pendidikan di Akbara menggunakan konsep semi militer. Para mahasiswa sudah terbiasa melakukan kegiatan jasmani seperti olahraga termasuk berenang. "Yang sudah kami siapkan di sana pembangunan huntara, lalu ada trauma healing dan ada yang bergabung di dapur umum. Jadi kegiatan di sana dibagi-bagi," ucap Denis.